Tempat Nongkrong Blogger

Ada dua jenis situs agregat: personal dan publik.

“Ide-ide gila, pengumuman nggak penting, berita yang mungkin menarik… sampai pemikiran metadata (dan filosofis) tentang Merdeka itu sendiri.”

“The Tao of id-GMail: mailing list bukan no-mail list; derau adalah pesan; semua bisa di-junk-kan; spam 99,99% engga boleh; top junker itu mudah, top joker yang susah; seriuslah dalam bercanda….”

Kalau Anda pernah membaca dua “manifesto” di atas, berarti Anda pernah mengunjungi situs sindikasi blog yang cukup populer di kalangan komunitas blog Indonesia. Masing-masing beralamat di http://merdeka.or.id dan http://id-gmail.info.

Sementara topik Merdeka dan id-Gmail cenderung beragam, ada satu situs agregat lagi yang juga cukup terkenal: Planet Terasi (http://planet.terasi.net), yang mengkhususkan diri pada isu blog dan teknologi secara umum.

Aggregator adalah peranti lunak yang menyerap dan mengumpulkan isi sindikasi web yang dipasok dalam format web feed (RSS, Atom, dan format XML lainnya). Pasokannya berasal dari weblog, podcast, vlog, dan situs web media utama.

Apa sih manfaat situs agregat ini? Mengubek-ubek ribuan blog bukanlah pekerjaan gampang. Dengan teknologi aggregator, orang bisa menongkrongi posting terbaru blog-blog yang diminatinya dengan mudah di satu tempat saja.

Layanan sindikasi dirancang agar pembaca mudah mencari pesan blog yang diminatinya secara ringkas dan cepat.

Bagi kontributor yang tergabung dalam sindikasi, agregat bisa memotivasi mereka menyediakan material post, tema, dan desain blog yang bagus.

Dari sudut pengelolaannya, ada dua model aggregator: personal dan komunitas. Yang pertama, setiap orang bisa memilih blog yang disukai dan mengelolanya sendiri. Yang kedua, menghadirkan situs sindikasi yang diperuntukkan buat komunitas tertentu.

Dari bentuk medianya, ada tiga format agregat: berbasis desktop, web, dan OEM/Meta news feeds.

Saking populernya, fitur-fitur agregat hampir dipastikan sudah ada di situs-situs portal semacam My Yahoo! dan Google; browser web, seperti Mozilla Firefox, Safari, dan Opera; program surat elektronik, seperti Microsoft Outlook; dan aplikasi lain seperti iTunes-nya Apple.

Bagaimana cara membuat situs agregat buat publik? Bergantung pada peranti lunak yang diinstal di komputer. Biasanya pengelola tinggal menambahkan URL feed yang mau diagregasi ke peranti lunaknya.

Cara kerjanya: peranti lunak ini akan mengunjungi URL feed secara periodik–misalnya satu jam sekali–dan memperbarui local cache-nya.

Dari local cache dan predefined templates, “mesin” ini kemudian memproduksi halaman-halaman web statis, lalu cache yang umurnya lebih dari sekian hari akan dihapus.

Namun, dibanding situs agregat publik, situs agregat personal jauh lebih gampang: Anda tinggal mendaftarkan diri sebagai pengguna di layanan seperti Bloglines.com, pilih situs blog yang ingin ditarik, dan nikmatilah pesan terbaru yang Anda minati. Prosesnya beberapa menit saja.

Pilih yang mana?

BUDI PUTRA

Planet Terasi

Berdiri:
November 2004
Alamat:
http://planet.terasi.net
Moto:
Think. Read. Write.
Kategori:
Teknologi
Syarat Bergabung:
Memiliki blog yang bertema blog dan teknologi secara umum dan disetujui oleh pengelolanya.

Merdeka

Berdiri:
Januari 2005.
Alamat:
http://merdeka.or.id
Moto:
Blogger Unite: Where the content kills design rocks and magic happens
Kategori:
Umum
Syarat Bergabung:
Blog yang didaftarkan akan dipilih lewat mekanisme voting oleh kontributor sebelumnya.

id-Gmail Junkyard

Berdiri:
September 2004
Alamat:
http://id-gmail.info
Moto:
Junks are forever: You junk, I junk
Kategori:
Umum
Syarat Bergabung:
Blogger yang sudah menjadi aktif selama satu bulan dan ikut berpartisipasi dalam minimal 100 thread (100 post).

Ronny Haryanto, PENGELOLA PLANET TERASI

“Agregat Blog Harus Lebih Fokus”

JAKARTA — Situs Planet Terasi (http://planet.terasi.net) yang dikelolanya sudah jadi “sarapan wajib” bagi blogger Indonesia. Di situs sindikasinya ini, terkumpul pesan-pesan terbaru dari puluhan blog yang isinya seputar teknologi.

Blogger seperti Budi Rahardjo, Priyadi, Enda Nasution, Ikhlasul Amal, dan Eko Juniarto tercatat menjadi kontributor situs ini.

Pengelolanya, Ronny Haryanto, mahasiswa master di Universitas Teknologi Sydney, Australia, ini pekan lalu menjawab pertanyaan Tempo seputar masa depan situs agregat melalui surat elektronik.

Bagaimana perkembangan situs agregat di Indonesia?

Saya cuma tahu satu-dua, seperti merdeka.or.id dan id-Gmail. Saya rasa pembaca blog lebih suka langsung berlangganan feeds yang mereka sukai ketimbang feeds situs agregat, kecuali kalau aggregator tersebut mengumpulkan blog yang bertema mirip atau dari komunitas yang sudah familiar.

Sejak kapan aggregator mulai digunakan komunitas blog?

Yang pertama saya lihat adalah aggregator Planet dari Planet Gnome (http://planet.gnome.org). Saya lupa tepatnya kapan, tapi mungkin minimal satu tahun sebelum Planet Terasi–yang saya buat awal November 2004.

Aggregator blog biasanya dipakai buat apa saja?

Bisa bermacam-macam, suka-suka yang mengagregasi. Saya kebetulan suka teknologi. Jadi awalnya saya kumpulkan blog teknologi yang saya nilai berkualitas atau berpotensi.

Saya tidak mau topiknya terlalu meluas ke mana-mana. Nantinya jadi campur-aduk dan tak enak dibaca. Tapi aturan topik teknologi ini tidak diukir di batu. Jadi ada pengecualian sedikit-sedikit untuk memberi “rasa” yang unik ke Planet Terasi selain untuk refreshing juga.

Bagaimana masa depan agregat blog?

Saya rasa salah satu kuncinya ada di fokus. Aggregator blog yang bisa menjaga fokus topiknya dengan baik akan bertahan.

Kunci satu lagi ada pada kendali pengguna (user control). Sekarang ini aggregator berbasis planet tidak memberikan user control apa pun, bahkan preferensi pun tidak, karena semuanya toh di-generate menjadi halaman web statis.

Contoh ekstrem dari user control ini adalah aggregator personal, seperti Bloglines (http://bloglines.com). Penggunanya bebas menentukan blog mana saja yang mau diagregasi dan bisa diorganisasi sesuai dengan preferensi mereka.

l BUDI PUTRA

Koran Tempo, 14 Maret 2006 Halaman DIGITAL | Internet

Catatan: Terimakasih buat mas Priyadi atas masukannya untuk tulisan ini