INTERNET adalah surga media, dan pemanfaatan teknologi multimedia adalah cara pintar untuk mewujudkannya. Bisnis media di dunia dewasa ini berkembang amat cepat, sejalan dengan kemajuan teknologi telekomunikasi dan informasi. Solusi teknologi satelit, serat optik, dan peranti nirkabel akan menjadi katalisator penting untuk menuju apa yang disebut cyber-society (masyarakat maya) hingga paperless society (masyarakat tanpa kertas). Benarkah teknologi tidak harus diidentikkan lagi dengan kata rumit dan mahal?

Ada dua kata kunci yang menandai revolusi mutakhir TI dunia dewasa ini: Internet dan multimedia. Internet kini dibicarakan di mana-mana: dan seandainya orang tidak membicarakan Internet, kemungkinan besar yang mereka perbincangkan adalah multimedia.

Hingga saat ini, perbedaan antara keduanya masih cukup jelas. Internet adalah information superhighway, wilayah global elektronik di mana setiap orang dapat berkomunikasi dan saling bertukar informasi dengan siapapun juga di seluruh dunia – suatu wilayah kemampuan jelajah yang diistilahkan world wide web (www). Sebelum tahun 1980, Internet masih kecil, hanya terdiri dari 200 komputer di seluruh dunia dan digunakan hanya untuk kepentingan komunikasi militer. Tetapi saat ini, karena dipacu oleh PC yang semakin murah, modem yang semakin cepat, dan permintaan dasar konsumen, Internet telah menjadi satu sumber informasi terbesar di dunia. Dari segi “fisik”, Internet tak lebih dari kumpulan kotak plastik, chip silikon, dan beragam kabel tembaga dan serat optik. Itulah yang membuat Internet terkenal dan disukai.

Sebaliknya, multimedia memadukan video, animasi dan suara, dengan unsur interaksi pribadi. Dengan banyaknya produksi paket hiburan, pendidikan dan iptek dalam bentuk CD-ROM misalnya, maka para keluarga tidak perlu lagi mencari unsur hiburan dan pendidikan ke mana-mana, selain di komputer mereka di rumah.

Bagaimana seandainya Anda dapat memadukan keduanya? Bagaimana seandainya Anda dapat berkunjung ke Internet untuk mendapatkan perangkat lunak yang memungkinkan Anda menyunting dan membuat sendiri game serta cerita interaktif? Merekam proses kelahiran bayi Anda dengan handycam, lalu menyuntingnya sendiri dan memformatnya ke dalam VCD? Atau, bagaimana seandainya Anda dapat pergi ke Internet untuk mencari video klip dari grup musik favorit Anda, soundtrack dari film kesukaan Anda, atau foto dari fotografer kesukaan Anda, untuk digunakan bersama perangkat lunak Anda?

Sebenarnya Anda dapat melakukan semua itu, dan bisa mempelajarinya sendiri dengan cepat dan mudah. Jika begitu banyak orang ingin melakukan dan menikmati semua ini, dengan memanfaatkan keunggulan Internet dan multimedia, bukankah ini merupakan peluang bisnis yang sangat prospektif dan menguntungkan?

Dari sinilah berangkat pemikiran bahwa era multimedia adalah sebuah potensi dan peluang pasar baru yang cukup dahsyat dengan lifetime yang diperkirakan akan sangat panjang, apalagi setelah dipadukan dengan keunggulan Internet.

Untuk menyiasati dan mengantisipasi semua itu, lembaga Litbang semacam W3C (World Wide Web Consortium) sedang mengembangkan teknologi Internet multimedia. Ketatnya bisnis Internet multimedia belakangan ini memaksa perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bisnis itu kian gencar memamerkan kecanggihan teknologi andalannya untuk menarik minat calon pelanggan.

Hanya saja keterbatasan kemampuan teknologi Internet multimedia yang ada selama ini masih dirasakan sebagai kendala utama dalam menghantar kesuksesan pada lahan yang satu ini. Sebagai satu solusi atas permasalahan itu, baru-baru ini W3C memperkenalkan sebuah standar aplikasi multimedia integrasi yang berbasiskan bahasa XML (Extensible Markup Language).
Standar aplikasi yang diberi nama Syncrhonized Multimedia Language (SMIL) atau dipopulerkan dengan nama SMIL Boston itu menawarkan satu paket integrasi pada alur kerja (workflow) dalam sebuah jaringan komputer perusahaan multimedia secara keseluruhan. Aplikasi ini merupakan pengembangan dari aplikasi multimedia SMIL 1.0 yang telah direkomendasikan W3C sebelumnya. Hanya saja pada standar aplikasi multimedia yang baru ini, telah ditambah beberapa kelebihan serta kemampuan untuk menyempurnakan kekurangan yang ada pada versi sebelumnya.

Kelebihan yang menonjol yang dimiliki oleh aplikasi mutakhir ini adalah berkemampuan menyuguhkan siaran televisi seutuhnya ke dalam jaringan Internet tanpa membutuhkan sistem akses ke Internet yang berkecepatan tinggi.

Di samping itu dengan penerapan bahasa XML dalam aplikasi ini, W3C berkeyakinan bahwa keberadaan SMIL Boston ini nantinya akan mempermudah para multimedia profesional dalam merancang dan mendistribusikan berbagai produk multimedia seperti audio-video presentasi, animasi maupun pengintegrasian siaran televisi dan radio ke dalam jaringan Internet.

Multimedia: Gagasan dan Konsep

Dewasa ini, promosi dan antusias media atas multimedia hampir sama dengan yang dialami oleh Internet dalam beberapa tahun terakhir. Mulai dari game CD-ROM, VCD, DVD film-film terbaru hingga komputer supercepat yang dapat memainkan dan merekam video serta musik, multimedia terus-menerus menjadi berita.

Tetapi apa sebenarnya yang dimaksud dengan multimedia?

Jawabannya bergantung pada siapa yang Anda tanya. Pada dasarnya multimedia dapat didefinisikan sebagai teknologi yang mengkombinasikan video, suara, grafik dan teks interaktif. Di luar itu, banyak interpretasi atau penafsiran tentang multimedia.

Misalnya, pembuat komputer mungkin mendefinisikan multimedia berdasarkan kemampuan perangkat keras suara dan video dari komputer. Perusahaan perangkat lunak sebaliknya mungkin mendefinisikan multimedia sebagai kemampuan menciptakan dunia di mana pengguna dapat berinteraksi dengan komputer untuk menyampaikan gagasan atau untuk menyampaikan suatu cerita. Pihak lain mungkin memusatkan perhatian pada media, ketimbang perangkat keras atau isi, dan mereka berkata multimedia hanya dapat diwujudkan apabila menggunakan CD-ROM (compact disc-read only memory).

Kalangan teater mungkin menerjemahkan multimedia sebagai kombinasi media-media yang bisa digunakan untuk mendukung pertunjukan teater macam alat musik, tata cahaya, seni instalasi hingga panggung.

Sementara, kalangan pendidikan menyebut multimedia sebagai “sebuah program instruksional yang di dalamnya termasuk berbagai sumber-sumber integral yang digunakan dalam instruksi belajar” (Schwier dan Misanchuk, Interactive Multimedia Instruction, 1994, hal. 325).

Dalam bukunya Multimedia di Internet, Damon A. Dean, kolomnis di Multimedia World, mengungkapkan secara praktis multimedia mencakup dua jenis pengalaman dan kegiatan, menggunakan dan menciptakan, di mana keduanya telah menjadi pasar yang terus berkembang. Dalam menggunakan, Anda membeli suatu judul dan menggunakannya sesuai dengan tujuan rancangan, baik itu berupa game atau piranti pendidikan. Dalam menciptakan, Anda selaku pengguna, menyatukan (splice) video, menyunting suara, dan memadukan semuanya ke dalam suatu format interaktif. Apapun fokusnya, definisi dasar kombinasi suara, video, teks dan grafik dalam suatu paket interaktif tetaplah sama.

Pengamat multimedia lain, Jojo Rahardjo mengungkapkan bahwa multimedia merupakan keterpaduan teknologi informasi (misalnya komputer) dengan teknologi komunikasi (misalnya jaringan kabel coaxial atau satelit) (Media Indonesia, 18 Desember 1997). Dalam makalah sebuah seminar Indosat yang berjudul ”Perkembangan Teknologi Multimedia dan Implementasinya” Wahyu Wijayadi mengemukakan, multimedia terdiri dari (1) unsur suara, (2) unsur gambar atau video, (3) unsur teks/data, (4). terpadu dalam satu media penyampaian, (5). Interaktif/bukan informasi satu arah. Sedangkan jenis jasa multimedia terdiri dari dua, yaitu berdiri sendiri (stand alone/off line), dan terhubung dengan jaringan telekomunikasi (network-online).

Ada tiga bidang multimedia yang paling cepat perkembangannya: (1) CD-ROM Multimedia, (2) Piranti Authoring untuk menciptakan isi dan (3) Multimedia Real-Time (yang kemudian juga didukung oleh Real-Video dan Real-Audio).

Multimedia dan Peradaban Manusia (*)

Sepuluh tahun yang lalu misalnya kebutuhan terhadap alat telekomunikasi seperti telepon belum seperti sekarang. Ketika jalan-jalan di kota besar semakin macet dan waktu terasa semakin pendek, komunikasi melalui telepon menjadi kebutuhan yang tak terelakkan. Padahal sepuluh tahun yang lalu itu, sedikit yang menyadari bahwa telepon adalah kebutuhan mutlak pada 10 tahun mendatang di kota-kota besar.

Demikian juga keberadaan personal computer (PC) yang sekarang seperti peralatan audio system atau TV berwarna di rumah-rumah pada 10 tahun yang lalu. Atau sekarang kebutuhan akses ke Internet untuk mendapatkan layanan e-mail yang mulai menggantikan mesin faks.

Perlahan tapi pasti layanan interractive data communication seperti Internet ini akan mengulang sejarah yang sama bagi telepon atau PC beberapa tahun lampau. Itu memang sudah nampak dari usaha-usaha yang telah dilakukan untuk mengembangkan layanan ini. Contohnya adalah Web TV yang sekarang sudah dipasarkan. Web TV adalah layanan Internet melalui pesawat TV, bukan melalui PC. Dengan menambahkan beberapa peralatan tambahan, modem, remote control atau keyboard dan dihubungkan dengan telephone line atau antena microwave atau satelit maka jadilah pesawat TV biasa sebagai layar monitor untuk menjelajahi jaringan informasi seluruh dunia Internet.

Multimedia di Indonesia (**)

Era multimedia di Indonesia mulai muncul menyusulnya masuknya Internet ke wilayah nusantara ini. Pada awal tahun 1993, Satelindo meluncurkan Satelit Palapa C1. Satelit Palapa C1 dan lalu C2 bakal berumur hingga 14 tahun. Satelit-satelit ini telah digunakan secara luas oleh beberapa negara di ASEAN. Indonesia antara lain menggunakannya untuk layanan komunikasi yang dikelola oleh Telkom dan Indosat, juga untuk layanan siaran televisi 5 TV swasta dan TVRI. Bahkan digunakan untuk 5 channel siaran langsung TV Satelit Indovision (Direct Broadcasting Satelite) yang sudah berkualitas digital (19 channel).

Bahkan pada November 1997, PT. Media Citra Indostar telah meluncurkan satelit Cakrawarta-1 menggantikan kerja Satelit Palapa C2 dalam mengudarakan siaran Indovision. Dengan satelit ini Indovision kelak akan menyelenggarakan layanan yang bisa disebut layanan interaktif, karena akan tersedia antara lain layanan teleconference, Video on Demand (VoD), home shopping, home banking dan komunikasi data (Internet).

Ada dua perusahaan multimedia baru lainnya yang beroperasi dengan jaringan kabel serat optik, yaitu PT Indonusa Telemedia dan Multimedia Nusantara. Perusahaan-perusahaan multimedia lainnya adalah: PT Multi Media Asia Indonesia, PT Yasawirya Tama Cipta. Sehingga Indonesia boleh disebut sekarang telah memasuki era industri multimedia. Banyak perkembangan baru setelah diluncurkannya Satelit Palapa C1 & C2. Seperti ditaburkannya satelit komunikasi di atas langit Indonesia oleh perusahaan-perusahaan asing di mana banyak pengusaha Indonesia terlibat dalam kepemilikan saham di dalamnya, di antaranya adalah PT. Bakri Communication Corporation pada Irridium Project, sebuah proyek telepon satelit dunia untuk memecahkan masalah blank spot pada telepon selular biasa, AMPS atau GSM. Indosat pun masuk menjadi salah satu pemodal pada konsorsium ICO Global Communication (ICO-GC), sebuah telepon satelit setelah Irridium.

Namun, harus diakui, tidak sedikit pula kendala yang dihadapi pengelola industri multimedia di Indonesia. Sebagai contoh kasus adalah layanan televisi satelit Indovision. Bisnis ini di Indonesia kurang menajamkan kekuatan marketingnya, sehingga layanan Indovision ini menjadi sangat eksklusif. Ada 1 juta antena parabola yang bertebaran di seluruh Indonesia yang diharapkan beralih ke Indovision pada saat peluncuran pertama Indovision.

Namun perilaku pemirsa belum mengenal kebiasaan membayar siaran TV dan acara-acara yang 100% asing, khususnya berbahasa Inggris. Akibatnya, Indovision hingga sekarang masih membutuhkan upaya yang lebih keras untuk mendapatkan pelanggan sebanyak yang diharapkannya.

Meski pertumbuhan pelanggan Indovision ini tergolong lambat, namun Indovision telah membuka jalan bagi perusahaan TV Berbayar lain untuk terjun di industri ini.

Perkembangan multimedia memang sangat dipengaruhi dan diuntungkan oleh kemajuan Internet yang didukung infrastruktur teknologi telekomunikasi dan informasi yang pesat. Keduanya — multimedia dan Internet — tentu akan makin sulit untuk dipisahkan: sehingga kaitan interaktif dan integratif keduanya menjadi “satu” kekuatan besar, dan saling melengkapi satu sama lain. Jika tak ada Internet misalnya, belum tentu perkembangan multimedia akan sepesat sekarang ini: ceritanya tentu akan lain.***

Catatan Referensi:

Buku:
Damon A Dean, Multimedia di Internet (Jakarta: PT Elexmedia Komputindo, 1996)
Schwier dan Misanchuk, Interactive Multimedia Instruction (London: 1994)

Artikel:
(*) (**) Bagian ini ditulis berdasarkan tulisan Jojo Rahardjo (Media Indonesia, 18 Desember 1997).

Tulisan ini merupakah salah satu bab dari buku saya “Imperium Digital: Pusaran Budaya Abad 21” (Padang: Pustaka Mimbar Minang, Juli 2001).