Hacker Situs Partai Golkar Dicokok
9, August, 2006
Hacker atau penyusup yang selama ini “menghantui” situs web Partai Golkar akhirnya dicokok polisi.
Iqra Syafaat digelandang oleh Unit Cybercrime Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia saat berada di sebuah warung Internet di Batam, Kepulauan Riau. Pria berusia 27 tahun itu terlacak oleh polisi dari penelusuran alamat server melalui Internet Service Provider.
Iqra menjebol situs Golkar pada 9-13 Juli lalu. Ia melakukan deface dengan mengganti tampilan foto penjabat Golkar di situs itu dengan wajah gorila. Ia juga sempat memajang foto seronok dan mengganti semboyan partai dengan tulisan “Bersatu untuk Malu”. Akibat ulahnya, situs web “beringin rimbun” itu sempat dibekukan hingga beberapa hari.
Kontan saja penangkapan Iqra disambut girang Ketua DPP Partai Golkar Muladi. Ia menyatakan penghargaannya terhadap keberhasilan polisi itu. “Karena Golkar betul-betul merasa terganggu dan dilecehkan,” katanya, Senin lalu. Muladi bahkan menduga adanya motif politik di balik pembobolan itu.
Sesuai dengan Undang-Undang tentang Telekomunikasi dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Iqra terancam hukuman maksimal enam tahun penjara. DIMAS ADITYO
Koran Tempo, Rabu, 09 Agustus 2006
Artikel terkait:
Kerjasama Intel dengan Perakit PC Lokal
8, March, 2006
Intel Indonesia Corporation dan beberapa perusahaan perakit PC lokal Indonesia, termasuk Arta Computer, Metrodata dan Multicom Persada International memperkenalkan PC Home Entertainment di pameran komputer Mega Bazaar hari ini di Jakarta.
PC Home Entertainment ini memungkinkan para penggunanya menikmati beragam fitur hiburan digital yang terintegrasi ke dalam satu sistem pusat dengan format PC.
Harganya bervariasi antara Rp7 sampai dengan 15 juta rupiah, tergantung dari fungsi dan kinerjanya. Spesifikasi sistemnya yang terbagi atas tiga tipe –-menggunakan prosesor-prosesor berkinerja tinggi Intel Pentium D inti-ganda atau Intel Pentium 4 dengan teknologi Hyper-Threading -– tersedia untuk memenuhi beragam kebutuhan fungsi dan tingkat finansial yang berbeda dari para konsumen Indonesia dalam menikmati hiburan digital.
Menurut Budi Wahyu Jati, Country Manager, Intel Indonesia Corporation, pihaknya optimis bahwa PC Home Entertainment ini nantinya dapat membantu pengadopsian platform rumah digital yang lebih luas di Indonesia.
Kerja sama Intel dengan para perakit PC lokal ini akan membantu berkembangnya industri komputer lokal Indonesia untuk berevolusi menuju penggabungan digital dari komputasi, komunikasi dan konsumen elektronik. “Industri PC lokal yang kuat sangatlah penting bagi perkembangan tingkat literasi TI di Indonesia,” ulasnya.
Acer Raih Posisi Ketiga
1, March, 2006
Produsen komputer Acer dinyatakan mengalahkan posisi Toshiba dengan meraih peringkat ketiga pada pasar notebook dunia di kwartal keempat 2005. Berdasarkan data Gartner Dataquest, angka pertumbuhan tahunan notebook Acer mencapai 66,7 persen yang merupakan pertumbuhan tertinggi di antara lima vendor notebook terbesar saat ini.
Acer berhasil meraih urutan pertama di Eropa, Timur Tengah dan Afrika (EMEA) dan urutan ketiga di Asia Pasifik dengan angka pertumbuhan sebesar 117,1 persen.
Untuk pasar PC secara keseluruhan, Acer juga telah berhasil menempati urutan keempat dan menunjukkan angka pertumbuhan tahunan paling tinggi, yaitu sebesar 56,2 persen. Acer juga berada pada urutan ketiga di EMEA dan kelima di Asia Pasifik dengan angka pertumbuhan tahunan masing-masing sebesar 48,3 persen dan 62,4 persen.
Pada bulan Desember 2005, pendapatan terkonsolidasi Acer mencapai US$718,75 juta, meningkat sebesar 19 persen dari tahun sebelumnya US$606,06 juta. Sedangkan pada bulan Januari 2006, Acer mengumumkan pendapatan terkonsolidasi sebesar US$762,89 juta, di mana adanya peningkatan tahunan sebesar 3,1% dari bulan Desember 2005.
Windows Vista akan Diriilis Desember
15, February, 2006
Akhirnya sistem operasi terbaru Microsoft, Windows Vista, akan dirilis ke pasarans pada Desember 2006. Padahal sebelumnya produsen peranti lunak terkemuka sempat berjanji akan melepas Vista ke pasaran pada semester kedua 2006. Microsoft berjanji Vista akan tampil dengan performa yang lebih cepat dan lebih baik dalam hal pencarian data seperti e-mail, musik, foto dan content video. Vista juga meningkatkan sistem sekuriti, seperti untuk kontrol orang-tua dan media player
baru.
Bergaya dengan Si Putih Piano
14, February, 2006
Tongkrongannya memang menyita perhatian: berkulit halus, putih, segar dan langsing. Siapakah dia? Bukan wanita cantik nan bening, tetapi sesuatu yang bisa membuat seorang wanita ‘cemburu’ ketika kekasihnya mendadak punya “pasangan” baru: notebook PC Compaq Presario B2800.
Proyek pertama dari inisiatif Made in Asia for Asia (MIAFA) dan sudah diluncurkan untuk pasar Indonesia, Presario B2800 memang khusus dirancang untuk konsumen dan pasar Asia. Inilah notebook warna putih pertama Hewlett Packard yang merefleksikan gaya konsumen muda Asia saat ini yang chic dan minimalis.
Putih? Ya, boleh jadi Apple Inc merasa sedikit gusar: Notebook Macintoshnya sejak lama mengusung warna ini. BenQ juga baru saja meluncurkan notebook putihnya, JoyBook S53, dan kemudian disusul oleh Presario B2800 ini. Diperkuat dengan prosesor Pentium M dengan teknologi Intel Centrino Mobile, Presario B2800 memiliki kemampuan pemrosesan multitugas, konsumsi tenaga yang efisien dan masa aktif baterai yang lebih panjang sehingga bisa diandalkan sebagai perangkat bergerak.
Penggunaan ATI Mobility Radeon X600SE memungkinkan laptop ini menjalankan fungsi-fungsi harian sebuah komputer pribadi, seperti video online, chat, jelajah web. Screen refresh bisa dilakukan berbarengan dengan presentasi multimedia yang sarat dengan tampilan video ataupun saat menyetel DVD berdurasi panjang tanpa perlu koneksi listrik. Dengan citra putih piano, touchpad cahaya biru LED pada indikasi status sebagai peningkah warna putih, Presario B2800 adalah perangkat bergerak yang tampil beda. Desainnya yang inovatif dan inspiratif, membuat setiap orang akan melirikkan mata padanya. Tak salah, jika ada yang ‘cemburu’ karenanya.
Ada Komputer, Ada Hacker
25, August, 2005
ADA dua hantu yang kini paling ditakuti di dunia: teroris dan hacker. Yang pertama mengancam nyawa manusia dan berdampak secara politik, yang kedua mengancam komputer dan berdampak secara ekonomi dan bisnis.
Yang satu ditakuti oleh pemimpin negara, satunya lagi ditakuti oleh direktur perusahaan besar. Pendeknya, bagi kedua makhluk yang berkedudukan sebagai bos ini, hidup pasti akan lebih indah tanpa hantu-hantu itu.
Tapi yang namanya hantu tak pernah mau berlalu begitu saja. Dunia hantu ini juga sangat misterius. Banyak sekali mitos dialamatkan kepada mereka, tapi juga tak sedikit fakta yang membelalakkan mata.
Fakta terbaru kembali terjadi pekan lalu. Seorang pemrogram komputer asal Austria berhasil mengeksploitasi celah-celah dalam teknologi yang akan menjadi bagian dari sistem operasi Microsoft teranyar, Windows Vista.
Bukan hanya Microsoft, vendor jaringan terbesar, Cisco Systems, juga tak luput dari ancaman hacker. Para penyusup ini berhasil memanen data dan password dengan cara memanfaatkan celah pada peranti lunaknya.
Jelas bukan hal sederhana: penyusup berhasil mengusik Windows, yang menguasai 90 persen pasar sistem operasi di dunia, dan mencolek Cisco, yang menguasai pasar jaringan dan infrastruktur teknologi informasi dunia.
Mengapa para hacker ini sangat doyan menyusup dan mengusik? Mengapa mereka harus lahir ke dunia ini?
Ada banyak motivasi yang melatari hacker untuk beraksi: sekadar pamer kekuatan, menguji kemampuan, menjawab keingintahuan, atau karena ketagihan.
Bahkan ada juga hacker yang niatnya membantu. Mereka misalnya membobol kode-kode tertentu dan membaginya kepada siapa saja yang membutuhkan. Alasannya, bukan orang berduit saja yang berhak terhadap informasi.
Selain itu, ada hacker yang secara profesional memang dibayar untuk mencari kelemahan suatu produk teknologi. Bahkan ada yang berasal dari orang dalam perusahaan yang kemudian menjadi target. Artinya, ada motivasi ekonomi di dalamnya.
Namun, menurut seorang pakar komputer, meski dirasakan lebih banyak menimbulkan kerugian, keberadaan hacker tidak bisa dinafikan dalam sejarah perkembangan komputer. “Di mana ada komputer, di situ ada hacker,” ujar Randall.
Malah, katanya lagi, sejatinya mereka ikut membantu membesarkan dunia komputer. “Merekalah yang membuat para insinyur teknologi tak boleh lengah, tak boleh rakus, dan harus bersedia dikoreksi kelemahan-kelemahan yang terdapat di dalam produknya.”
Bravo hacker!
–Koran Tempo, 7/8/2005
PC Tak Akan Pernah Mati?
25, August, 2005
“SEBUAH komputer pada setiap meja dan di setiap rumah,” begitulah impian Bill Gates ketika mendirikan Microsoft pada 1975 setelah hengkang dari Universitas Harvard.
Kurang dari 25 tahun kemudian, ia berujar lagi: “Komputer pribadi tak akan pernah mati. Memang, komputer akan berubah menjadi bentuk-bentuk tertentu. Tapi akan selalu menjadi mesin serbaguna. Kita akan sangat bergantung padanya.”
Inilah ketika komputer–yang kini sudah terjual lebih dari 1 miliar unit di dunia–mulai menjadi ubiquitous device–perangkat yang bisa ditemukan di mana-mana.
Contoh yang paling gampang adalah listrik. Anda pasti heran kalau ada gedung atau rumah yang tak pakai listrik, bukan? Ya, karena listrik adalah ubiquitous device, bukan lagi sebagai barang mewah.
Lain halnya dengan komputer. Khususnya di negara-negara berkembang, komputer masih menjadi barang mewah. Orang masih terkagum-kagum kalau melihat ada komputer canggih.
Namun, semua itu segera berubah. Penetrasi komputer, terutama di negara-negara berkembang, sudah semakin membaik. Hal itu didorong oleh kecenderungan harga komputer yang semakin menurun.
Babak terbaru dari kiprah mesin pintar ini adalah grid computing. Teknologi ini memungkinkan kumpulan sumber daya computing yang tersebar dapat digunakan bersama dan dikelola sebagai satu komputer virtual yang besar.
Salah satu motivasi di balik gagasan ini adalah untuk meminimalkan kemubaziran. Hampir setiap organisasi saat ini memiliki kapasitas “computing” yang tidak terpakai, yang tersebar di berbagai tempat.
Hasil sebuah survei menunjukkan, 40 persen dari waktu mainframe tidak digunakan, Unix (90 persen) dan PC (95 persen).
“Di kemudian hari, apabila grid sudah banyak digunakan di perusahaan-perusahaan, grid akan bergerak melampaui batas dinding enterprise,” ujar Betti Alisjahbana, Presiden Direktur IBM Indonesia, dalam sebuah perbincangan dengan penulis di Jakarta pekan lalu.
Grid dalam enterprise–yang dibincangkan dalam IBM Forum di Jakarta Kamis (11/8/2005)–akan terhubung ke grid eksternal sehingga Internet akan menjadi sumber computing virtual.
Pesannya jelas: semua orang akan dapat menikmati komputer dan Internet secara lebih leluasa. Seleluasa orang menggunakan listrik seperti sekarang. –Koran Tempo, 14/8/2005
Komputer Aman, Tak Selalu Nyaman
21, December, 2004
SEGALA sesuatu yang agak merepotkan pastilah dengan mudah kita abaikan. Misalnya, soal aplikasi antivirus di komputer. Seringkali kita merasa jengkel kalau harus menginstal atau saat mengetahui aplikasi tersebut sudah kadaluarsa.
Jangankan membeli peranti lunak sekuriti yang baru, mengunduh (download) versi teranyar gratisan dari situs web saja, malasnya bukan main.
Di situlah masalahnya, mengapa mengurusi program antivirus begini terasa begitu menjengkelkan, padahal sangat penting!
Penyesalan baru muncul ketika mendapati komputer kita sudah porak-poranda oleh virus, worm, spam, atau apalah namanya.
Memang dibutuhkan kerelaan kita sedikit saja untuk mau repot dalam mengurusi masalah aplikasi antivirus ini. Dengan semakin pintarnya para pencipta virus dan makin gencarnya aktivitas membobol sistem, cara mengamankan sistem pun harus makin ditingkatkan.
Seperti yang diungkapkan seorang ahli bidang keamanan, Steve Riley, setiap orang disarankan memblokir semua pintu dahulu, baru mengizinkan mereka yang berkepentingan masuk. Tak ubahnya seperti bila kita akan masuk ke mal atau plaza, selain setiap orang diperiksa secara manual, mereka juga harus lewat detektor logam.
Menjengkelkan memang, tapi itu wajib dilakukan untuk menjamin keamanan: siapa tahu ada pengunjung yang membawa bahan peledak atau senjata tajam.
Tak terelakkan, menurut Riley, pada akhirnya keamanan tidak seiring sejalan dengan kenyamanan. Lihat saja, saat menginstal suatu program ke komputer, kita pasti ditanya macam-macam oleh sistem. Pilih yang ini atau itu? Mau sebagian atau semua? Mau ditaruh di mana?
“Bila ingin aman, maka kita harus mengorbankan kenyamanan. Begitu pula sebaliknya,” ujar Riley. Selain itu, sebagian dari kita juga merasa kurang antusias dalam menyimak berita-berita terbaru soal keamanan komputer, sistem dan jaringan.
Padahal dari sini kita bisa tahu, apakah aplikasi bermasalah yang sedang dirundung virus itu, juga sedang kita pakai atau tidak. Pada saat yang sama, kita juga bisa mencari tahu bagaimana cara mengatasinya.
Misalnya, akhir bulan lalu terbetik kabar, sebuah lubang baru ditemukan di aplikasi WinAmp yang memungkinkan hacker masuk ke sistem PC.
Menurut situs web The Register, hacker membuat kode jahat berbentuk file .m3u (playlist file) yang ditaruh di situs web, dan bisa terunduh otomatis ke PC yang terhubung ke internet. Tanpa sepengetahuan pemilik PC, file tersebut bisa langsung terbuka di peranti pemutar musik di PC ini.
Celah keamanan tersebut hanya terjadi pada versi 5.05 dan telah diantisipasi pada versi 5.06. Namun sebuah firma keamanan jaringan memperingatkan bahwa versi-versi sebelumnya kemungkinan besar juga terinfeksi cacat serupa.
Selain WinAm, hacker juga dilaporkan bisa masuk ke sistem PC lewat celah yang terdapat pada Internet Explorer, browser keluaran Microsoft.
Caranya dengan mengekploitasi kode eksekusi yang diletakkan dalam situs web tipuan. PC yang telah terinfeksi kode jahat tersebut bisa dikendalikan oleh para pembobol melalui jaringan internet.
Sebelumnya, sejumlah perusahaan pembuat antivirus juga melaporkan adanya worm baru yang menyebar melalui Internet Explorer.
Pendeknya, luangkan waktu untuk menyimak informasi terbaru mengenai virus-virus ini. Tentunya tidak sekadar rajin membaca, tapi juga secara kongkret memperhatikan kondisi komputer masing-masing: apakah program sudah kadaluarsa atau belum.
Memang tak nyaman. Tapi, setidaknya hal itu bisa menjamin keamanan komputer, sekaligus mengamankan aplikasi dan dokumen digital Anda. (ec-kt.051204)
Mari Bertanya pada Komputer
19, March, 2004
Teknik simulasi menjadi pilihan ketika cara analisa lain tidak mungkin atau sulit dilakukan. Berbagai kombinasi dan alternatif dapat dipelajari melalui simulasi sebelum penerapannya di lapangan. Hal ini akan mengurangi terjadinya kesalahan yang berakibat biaya sangat besar dalam penerapannya.
Menurut Henmaidi, doktor teknik dan manajemen industri dari Fakultas Teknik Universitas Andalas, Padang, penerapan sistem lalu lintas baru seperti halnya busway di Jakarta mungkin akan lebih baik jika didahului dengan mempelajari prilaku sistemnya melalui simulasi dengan menggunakan komputer.
“Situasi jalur, periode-periode sibuk, arah pergerakan penduduk, pusat perbelanjaan, perkantoran, sarana lampu lalu lintas, penempatan stasiun, jumlah sumber daya dan elemen-elemen lainnya lain dimodelkan untuk kemudian disimulasikan,” ujarnya.
Penerapan simulasi semakin mendapat tempat di lingkungan manajemen operasi. Pada 1979, dua orang periset, yakni Thomas dan Da Costa meneliti 137 perusaahaan besar di Amerika. Mereka memberikan daftar metode, tools, dan meminta analis perusahaan-perusahaan ini untuk mengecek apa saja yang mereka gunakan dalam manajemen operasi. Hasilnya 83 persen menyatakan mereka menggunakan metodel simulasi, posisi kedua setelah metode analisis statistik (93 persen).
Tahun berikutnya, ilmuwan lain Shannon, Long, dan Bukles melakukan survei terhadap anggota Operation Research Division pada American Institute on Industrial Engineer. Hasilnya, simulasi menempati peringkat pertama dalam hal penggunaan dan peminatan. Perkembangan berikutnya dapat diduga, pada hampir semua industri menengah-besar di Amerika penggunaan simulasi sudah merupakan pilihan utama untuk analisa bisnis mereka sejak tahun 1990-an.
Beberapa contoh aplikasi simulasi komputer:
Pelayanan dan antrian
Salah satu penggunaan yang menonjol dari teknik simulasi adalah untuk menganalisis antrian. Pada suatu sistem antrian yang kompleks, sangat tidak mungkin dikembangkan suatu formula analitis, sehingga simulasi merupakan satu-satunya cara untuk melakukan analisis. Contohnya, untuk supermarket dengan beberapa garis antrian kasir, beberapa di antaranya untuk jalur cepat sementara yang lainnya jalur biasa. Simulasi mungkin merupakan satu-satunya cara untuk menentukan berapa orang kasir diperlukan untuk melayani kebutuhan konsumen.
Manajemen persediaan barang
Manajemen pengadaan juga merupakan salah satu area aplikasi metode simulasi. Metode analitis untuk menyelesaian masalah persediaan (inventory) umumnya khusus untuk kasus-kasus sederhana, misalnya permintaan dianggap diketahui dan tetap. Diketahuinya jumlah permintaan merupakan elemen penting untuk menentukan berapa jumlah persediaan yang harus disediakan untuk memenuhi permintaan.
Dalam prakteknya hampir tidak mungkin untuk mengetahui dengan pasti tingkat permintaan itu, karena permintaan seringkali acak, sehingga simulasi merupakan pilihan terbaik untuk menyelesaikannya. Simulasi banyak digunakan untuk analisa sistem persediaan pada sistem JIT (sistem tepat waktu). Perusahaan menggunakan simulasi untuk melihat seberapa efektif dan bagaimana dampak ekonomis implementasi JIT tanpa harus terlebih dahulu menerapkan sistem JIT itu.
Sistem produksi dan manufaktur
Simulasi banyak digunakan untuk memecahkan masalah-masalah produksi seperti jadwal produksi, penyeimbangan jalur perakitan, perencanaan tata letak serta analisis penempatan atau lokasi. Banyak proses produksi yang dapat dipandang sebagai sistem antrian yang kompleks dapat dianalisis dengan menggunakan simulasi.
Investasi dan pembuatan anggaran
Pembuatan anggaran membutuhkan estimasi aliran kas yang seringkali merupakan hasil dari variabel acak. Simulasi digunakan untuk menghasilkan nilai dari faktor-faktor yang berpengaruh untuk menentukan aliran kas tersebut. Simulasi juga digunakan untuk menghitung tingkat pengembalian di mana inputnya adalah variabel acak seperti ukuran pasar, harga penjualan, tingkat pertumbuhan dan pangsa pasar.
Logistik
Persoalan logistik biasanya berkaitan dengan banyaknya variabel acak seperti jarak, model transportasi, kecepatan pengiriman dan penjadwalan. Simulasi dapat digunakan untuk menganalisa berbagai alternatif jalur distribusi untuk mendapatkan hasil optimal.
Analisis sumber daya dan lingkungan
Banyak aplikasi terbaru dari simulasi diarahkan untuk analisa terhadap masalah lingkungan. Simulasi dapat digunakan untuk melihat dampak sebuah proyek seperti kawasan industri, tempat pembuangan sampah, dan instalasi nuklir.
Dalam banyak kasus, simulasi digunakan untuk menganalisa kelayakan finansial proyek itu, ada juga untuk menganalisa limbah dan kondisi masyarakat sekitarnya dan sebagainya. Simulasi juga dapat digunakan untuk mensimulasikan kelayakan sistem sumber energi alternatif sebagai pengganti sumber energi fosil yang saat ini digunakan.
Koran Tempo, 19/03/2004 Iptek
Si Ajaib di Antara Dua Seteru
14, September, 2003
Microsoft membeli aplikasi yang memungkinkan Windows bisa dijalankan di Macintosh. Komunitas Mac uring-uringan.
LELAKI itu seolah tak percaya dengan matanya sendiri. David Zeiler sedang mengakses internet di komputer Macintosh-nya ketika berita itu muncul: perusahaan perangkat lunak (software) terkemuka, Microsoft Corp., mengumumkan telah membeli Connectix, produsen penghasil Virtual PC yang berbasis di San Mateo, California, Amerika Serikat. “Berita itu ibarat petir di siang bolong,” ujarnya.
Sebagai pengguna fanatik komputer keluaran Apple yang lazim disebut Mac itu, Zeiler khawatir pada masa depan Connectix. Virtual PC, yang memungkinkan Mac mengoperasikan aplikasi-aplikasi Windows, sudah sangat membantu pengguna Mac selama satu dasawarsa terakhir. Pembelian Connectix oleh Microsoft, pembuat sistem operasi Windows, menimbulkan teka-teki dan membuat Zeiler “benar-benar gugup”.
Zeiler tak sendirian. Hampir semua komunitas Mac bereaksi.
Mereka khawatir, setelah dibeli Microsoft, Virtual PC yang dinilai gesit itu akan dimatikan dan “pengguna Mac secara permanen akan dipaksa pindah ke Windows”. Dalam sebuah mailing list, seorang penggemar Mac sampai-sampai tak sanggup berkomentar apa-apa kecuali mengirimkan pesan, “It is bad… very bad.”
Dosen Universitas Gunadarma, I Made Wiryana, memaklumi kegusaran komunitas Mac itu. Sebab, “Microsoft sering membeli produk lain untuk dibunuh,” ujar ahli sekuriti jaringan yang kini sedang mengikuti program S-3 di Universitas Bielefeld, Jerman, ini. Menurut dia, setidaknya memang ada tiga motivasi Microsoft membeli produk lain: mematikan saingan (seperti Dbase dan Banyan Vines), membeli teknologi (Spyglas), dan meraih konsumen masa depan (WebTV).
Betulkah Connectix juga akan mengalami nasib terburuk? Sejumlah praktisi teknologi informasi tampaknya tak melihatnya begitu. Ron Okamoto, seorang bos perusahaan konsultan, justru gembira melihat Virtual PC jatuh ke tangan yang tepat. Menurut dia, dengan memasukkan aplikasi ini sebagai salah satu portofolio produknya, Microsoft menunjukkan komitmennya yang besar terhadap
platform Mac.
Namun, Tim Bajarin, seorang analis veteran, tak yakin Microsoft akan tertarik mengembangkan aplikasi-aplikasi baru untuk Mac pasca-akuisisi itu. “Microsoft hanya akan memikirkan Windows-nya,” ujar Presiden Creative Strategies ini, “Boleh jadi ini bagian dari upaya Microsoft untuk memonopoli sistem operasi.”
Memang bukan rahasia lagi bahwa Microsoft, yang berbasis di Seattle, dan Apple, yang berada di Cupertino, California, sudah lama menjadi seteru bebuyutan dalam merebut pasar sistem operasi (lihat 20 Tahun Perseteruan). Akibatnya, produsen dan konsumen dibuat repot. Setiap merilis produk, produsen harus membuat setidaknya dua versi: Windows dan Mac. Konsumen pun, ketika membeli software, harus menyesuaikan pilihannya dengan jenis sistem operasi yang dimilikinya.
Namun, sejak 1988, pengguna Mac sebenarnya sudah cukup tertolong ketika aplikasi Connectix memungkinkan mereka mengoperasikan Windows di Mac-nya. Tapi, bagi Microsoft, yang sejak awal punya impian ada Windows di setiap komputer, Virtual PC tentulah sangat menggoda. Apalagi, dalam perkembangannya, aplikasi ini juga bisa menjalankan Mac dan sejumlah sistem operasi lain seperti Linux, Netware, dan OS/2. Microsoft tentu melihat prospek yang menarik.
Selain Windows, Virtual PC juga mampu mengoperasikan lebih dari satu sistem operasi pada satu komputer pribadi (PC). Semua versi Windows, dari versi 95, 98, ME, hingga XP, bisa dijalankan sekaligus dengan Mac, Linux, Netware, dan OS/2. Ini jauh berbeda dari sistem dual boot, yang membutuhkan proses penginstalan yang rumit dan menggunakan salah satu sistem operasi sebagai boot
manager.
Aplikasi “ajaib” itu dianggap merupakan implementasi pertama yang mampu menghadirkan memori virtual untuk PC. Connectix, menurut Made Wiryana, memang aplikasi yang sudah mature dalam menyediakan solusi ini dan “sejarahnya juga sudah cukup lama.”
Bagi pengguna yang fanatik pada sistem operasi tertentu, atau hanya memiliki software yang cuma bisa jalan di sistem operasi tertentu pula, Virtual PC ibarat mimpi yang jadi kenyataan. “Ini tentu akan sangat praktis dan meningkatkan efisiensi,” ujar seorang pejabat Connectix.
Keandalan teknologi Virtual PC terutama terletak pada kemampuannya dalam proses integrasi lintas-platform (cross-platform integration), migrasi aplikasi sebelumnya (legacy application migration), dan konsolidasi server. Virtual PC untuk Windows, misalnya, memungkinkan pengguna menciptakan sejumlah mesin maya (virtual machine) terpisah di desktop Windows yang berfungsi sebagai host. Masing-masing mesin virtual akan menampilkan sistem hardware komplet–dari prosesor hingga card jaringan–dalam format tersendiri dan di lingkungan software yang terpisah. Paket ini bisa menjalankan XP, 2000, NT, 98, 95, 3.1, bahkan DOS, OS/2, Netware, atau Linux pada saat bersamaan tanpa perlu reboot (menghidupkan komputer kembali) untuk mengaktifkan masing- masing sistem operasi itu.
Paket Virtual PC untuk Mac mampu menghadirkan PC kompatibel yang memungkinkan Mac menjalankan aplikasi Windows, mengakses jaringan PC, menggunakan aplikasi internet khusus Windows, dan berbagi file dengan rekan- rekan pengguna PC. Aplikasi ini menghadirkan kompatibilitas PC Pentium melalui fasilitas maya yang disebut emulator. “Tak ubahnya seperti menaruh sebuah PC yang powerful ke dalam komputer Mac Anda,” ujar Roy K. McDonald, CEO Connectix. Untuk ini, spesifikasi komputer yang dibutuhkan adalah Pentium 3 atau 4, Windows 2000 atau XP, memori 512 RAM, dan free disc space 3 GB.
Paket lainnya adalah Connectix Virtual Server, yang lebih merupakan solusi bagi kalangan bisnis dalam melakukan konsolidasi server dan manajemen efisiensi terhadap lingkungan dengan sistem operasi beragam (multi-operating system). Virtual Server ini mampu menjalankan sejumlah sistem operasi dalam sebuah server.
Bagi perusahaan korporat, aplikasi buatan Connectix tentu sangat membantu. “Dengan Virtual PC, kami terhindar dari rencana membeli 300 mesin, menyebarkan 700 unit lagi, dan mampu menghemat hampir US$ 1 juta untuk pos hardware dan operasi,” ujar Lenny Goodman, Direktur Desktop Management Baptist Memorial Health Care Corporation.
Dilihat dari kenyataan itu, kekhawatiran bahwa Microsoft akan “membunuh” Connectix agaknya berlebihan. Apalagi Virtual PC tak mematikan sistem operasi yang ada, tapi malah akan tetap mengakomodasinya. “Memang, terlalu dini untuk panik soal akuisisi ini,” kata Zeiler, pengguna fanatik Mac itu, kemudian.
Untuk sementara, boleh dibilang Windows masih menang dalam pertarungannya melawan Macintosh.
Budi Putra
TEMPO Edisi 030316-002/Hal. 60 Rubrik Teknologi Informasi