Mengapa Banyak Model Ponsel?

23, October, 2005

SEORANG kolega pernah berkomentar: “Buat apa sih vendor-vendor itu nekat membuat sekian banyak model ponsel? Bukankah akan membuat konsumennya jadi bingung?”

Di satu sisi dia mungkin benar, tapi di sisi lain, dia bisa saja keliru: tidak mungkin semua orang menyukai satu model saja. Ada yang lebih suka model luncur (slider), model dengan layar lebar, model dengan desain yang modis, elegan, premium, keypad yang QWERTY, dan lain sebagainya.

Bagi vendor, pengenalan yang mendalam terhadap karakter pengguna telepon seluler sangat penting dalam membuat segmentasi pasar. Ini bertujuan mengakomodasi keinginan konsumen dalam mendapatkan produk yang sesuai dengan minat, fungsi, dan bahkan koceknya.

Segmentasi juga berguna dalam meningkatkan kemampuan sebuah produk dalam berkompetisi dan memprediksi kecenderungan di masa datang. Karena itu, “Konsumen adalah kompas bagi kami,” ujar Usun Pringgodigdo, Manajer Pengembangan Bisnis Nokia Indonesia.

Menurut dia, setidaknya ada satu miliar pengguna telepon seluler di dunia saat ini–dengan beraneka kebutuhan, penggunaan, dan gaya hidup. “Jadi tidak mungkin ada satu model yang cocok dengan seluruh kebutuhan, gaya hidup, dan preferensi individual,” ujarnya.

Untuk itu, pihaknya mencoba mendengar kebutuhan mereka, mencoba mengelompokkan mereka sesuai dengan kesamaan cara berpikir dalam mempertimbangkan manfaat yang bisa didapatkan.

Untuk mendapatkan gambaran yang utuh dan lebih baik, pihaknya menggunakan profil psikologis, sosiologis, gaya hidup, dan demografis yang definitif.

Faktor psikologis, misalnya, berguna dalam menentukan bagaimana seorang individu berhadapan dengan keinginannya sendiri. Sebagian orang secara terbuka menunjukkan cara untuk memuaskan keinginannya, sebagiannya lagi bisa lebih mengendalikannya.

Sedangkan faktor psikologis berguna dalam mengamati bagaimana seseorang berinteraksi dengan yang lain. Sebagian mencoba menempatkan “dirinya” dalam pusaran kehidupan, sebagiannya lagi menunjukkan “rasa memiliki” terhadap kelompok sebagai yang paling utama.

Semua itu akan tecermin pada pilihan mereka dalam memiliki ponsel.
Diungkapkannya, filosofi dasar Nokia–produsen ponsel nomor satu di dunia saat ini–berangkat dari kerangka orientasi konsumen yang kemudian melahirkan beberapa segmen “mindstyle” sendiri.

Jadi memang tidak sederhana, bukan? *** (Koran Tempo, 16/10/2005)

Ketika Balon Jadi Hotspot

23, October, 2005

ERA akses Internet di mana-mana memang sudah di depan mata. Sejak ditemukannya akses Internet berpita lebar nirkabel berbasis Wi-Fi (wireless fidelity), sentra-sentra akses alias hotspot kini sudah bertebaran di tempat-tempat publik, khususnya di kota-kota besar di Indonesia.

Inilah teknologi dengan sinyal radio yang memancarkan koneksi Internet hingga radius seratus meter.

Jika peranti mungil ini ditempelkan pada modem dengan koneksi berpita lebar, semua komputer atau perangkat genggam di sekitarnya yang memiliki kemampuan Wi-Fi bakal bisa masuk ke Internet.

Teknologi standar Wi-Fi alias 802.11b yang menggunakan spektrum 2,4 GHz mampu mentransmisikan sinyal sekuat 11 megabit per detik (Mbps). Belum lagi kehadiran dua standar baru, 802.11a dan 802.11g, yang makin mengundang decak kagum.

Teknologi 802.11a, yang menggunakan spektrum 5 GHz, memungkinkan transmisi hingga 54 Mbps. Sedangkan 802.11g, yang hanya menggunakan spektrum 2.4 GHz, mampu melakukan transfer data hingga dua kali lipat, 22 Mbps.

Sebagian besar hotspotaccess point yang berfungsi sebagai sumber akses nirkabel bagi orang yang berada di sekitarnya–terdapat di kafe, restoran, hotel, gedung perkantoran, dan bandara. Bahkan ada yang membuat hotspot sendiri di rumah.

Sebuah ide cemerlang yang baru saja dilakukan sejumlah peneliti dari Eropa berhasil membuat hotspot pada balon gas yang melayang di stratosfer dan dapat memancarkan akses hingga 1,25 gigabita per detik!

Untuk pertama kalinya, balon tanpa awak yang melayang pada ketinggian 24 ribu meter dan berisi gas helium 12 ribu meter kubik tersebut diuji sebagai wahana Internet selama beberapa jam.

Balon ini dilengkapi dengan dua sistem komunikasi: antena radio berdaya tinggi dan sebuah sistem komunikasi optik berkecepatan ekstratinggi.

Hebatnya lagi, sistem pengiriman data dari balon ini menggunakan teknologi berbasis protokol 802.11b–protokol yang tadinya hanya mampu memancarkan akses puluhan meter.
Wahana ini dikembangkan oleh Konsorsium Capanina, yang terdiri atas 14 lembaga akademik dan industri dari Uni Eropa.

Seperti yang dilaporkan New Scientist, mereka berharap, wahana ini mampu menyediakan komunikasi nirkabel di daerah bencana ataupun akses Internet murah bagi negara-negara berkembang.

Wi-Fi dari udara ini benar-benar telah menjadikan akses Internet sebagai “oksigen” bagi semua orang. (Koran Tempo, 23/10/2005)

Tahun Ini Kejayaan Situs Web

13, October, 2005

TIGA puluh tahun yang lalu, teknologi jaringan pintar ini belum ada, tapi kini pengguna Internet di dunia sudah mencapai satu miliar jiwa dari total 6,4 miliar jiwa penduduk dunia.

Demam Internet memang dengan cepat menulari masyarakat dunia. Pesatnya perkembangan perangkat keras, seperti komputer, laptop hingga perangkat genggam yang memiliki kemampuan Internet, dengan cepat mendorong pertumbuhan itu.

Menurut Internetworldstats.com, penetrasi akses Internet terbesar berasal dari Amerika Utara (68,1 persen), Oseania/Australia (52,8 persen), Eropa (37,4 persen), Amerika Latin/Karibia (12,9 persen), Asia (9,0 persen), Timur Tengah (8,2 persen), dan Afrika (2,7 persen).

Namun, dari segi jumlah pengguna, persentase pengguna Asia lebih tinggi (34,2 persen), disusul Eropa (28,5 persen), dan Amerika Utara (23,4 persen).

Bukan saja kemampuan penetrasi dan jumlah pengguna, pertumbuhan situs web juga sangat signifikan. Netcraft Secure Server Survey malah menobatkan tahun 2005 sebagai tahun kejayaan situs web.

Pasalnya, pada tahun ini, dunia maya kecipratan sekitar 17,5 juta situs web baru–jauh meninggalkan angka penambahan pada masa kejayaan dot-com tahun 2000. Bandingkan dengan angka penambahan pada 1998 (2,6 juta), 1999 (4,7 juta), dan 2000 (7,2 juta).

Netcraft Secure Server Survey mengungkapkan, pihaknya berhasil mengumpulkan 74.409.971 situs responden. Menurut situs survei tersebut, 17,5 juta situs baru telah hadir ke dalam dunia maya.

Jelas, angka itu belum termasuk situs blog, yang kini sudah mencapai angka 9 juta (menurut Business Week, 2 Mei 2005) dengan 40 posting setiap hari.

Situs web sebagai kantor atau kios maya di Internet memang telah menjadi identitas formal yang legal menyusul makin diterimanya transaksi online secara luas.

Internet memang tidak sekadar mengubah cara orang berbelanja dan berdagang, tapi juga mengubah cara orang berkomunikasi, menikmati hiburan, bertukar informasi, dan belajar.

Tak salah kalau dikatakan bahwa planet kita ini telah berubah menjadi Planet Internet. Pasalnya, setidaknya seperenam warga dunia telah masuk ke Internet dan mengambil manfaat darinya.

Selain jumlah pengguna dan intensitas penetrasi di setiap negara, jumlah situs web pun diperkirakan akan terus bertambah di masa yang akan datang.

Memang akan sulit dibayangkan kita bisa hidup di masa datang tanpa Internet…. (Koran Tempo, 9/10/2005)

Membangun Kota Digital

2, October, 2005

TAK lama lagi, akses Internet akan menjadi oksigen bagi semua orang. Semua orang berhak menghirupnya, tak perlu bayar. Pengembangan teknologi jaringan berpita-lebar nirkabel dengan jangkauan superluas memungkinkan gagasan itu terwujud.

Namanya WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access), nama populer dari standar jaringan nirkabel 802.16 yang dijuluki Metropolitan Area Network (MAN) ini.

Jika akses Wi-Fi (802.11a, b, dan g)–sang pendahulu–hanya memiliki jangkauan akses sampai 100 meter, si bontot ini secara teoretis lebih canggih lagi, yakni dengan jangkauan akses superluas hingga 50 kilometer!

Prinsipnya mirip dengan sentra akses alias hot-spot ala Wi-Fi–seperti yang sudah bisa dinikmati di sejumlah tempat di beberapa kota di Indonesia–hanya jangkauan teknologi anyar ini jauh lebih luas.

Bayangkan, jika ada satu menara WiMAX di Jakarta, misalnya, semua orang di Jakarta hingga ke Bogor bisa menikmati akses Internet tersebut secara gratis. Caranya, tinggal membeli perangkat seperti komputer, laptop, atau ponsel yang berkemampuan WiMAX, semuanya beres.

Pekan lalu, Intel Corporation mengumumkan Asian Broadband Campaign (ABC), sebuah program kerja sama regional yang ditargetkan mempercepat penggunaan pita-lebar nirkabel di negara-negara Asia Tenggara.

Perusahaan produsen prosesor terkemuka ini mengandalkan WiMAX dalam upaya menjembatani kesenjangan digital dan mulai membangun kota-kota digital di kawasan ini.

Dibandingkan dengan teknologi nirkabel lainnya, WiMAX memiliki sejumlah keunggulan. Selain jangkauannya sangat luas, juga tidak terkendala line of sight dan efisien dalam penggunaan frekuensi.

Menurut WiMAX Forum, teknologi akses yang sudah bisa dikembangkan ini bertujuan menjadikan akses jaringan pita-lebar bisa tersedia secara luas tanpa dipusingkan oleh kabel-kabel atau keterbatasan jarak macam layanan DSL (Digital Subscriber Line).

Pada paruh kedua 2005, WiMAX akan tersedia bagi instalasi dalam (indoor) dengan antena lebih mungil dibanding yang digunakan pada sentra akses Wi-Fi saat ini.

Pada 2006, teknologi ini akan diintegrasikan kepada komputer bergerak untuk mendukung roaming antarmenara layanan WiMAX.

Sebuah lembaga riset yang berbasis di New York, Visant Strategies Inc., memperkirakan penjualan produk-produk WiMAX akan mencapai US$ 1 miliar pada 2008. (Koran Tempo, 2/10/2005)