Pintar Menjelajahi Internet

1, November, 2003

1. Buatlah favorite untuk mempermudah pencarian alamat situs. Caranya, saat membuka situs yang sering dikunjungi, pada menu favorite, klik add to favorite, pilih nama dan tinggal OK.
2. Jika Anda lupa alamat situs yang dikunjungi, tinggal klik history, yaitu tempat semua situs yang dikunjungi tercatat.
3. Untuk menata favorite, tinggal klik kanan pada menu favorite dan pilih sort by name.

Buang headset Anda. Cukup tempelkan jari ke telinga untuk menerima telepon.

DI tengah keramaian kawasan elektronik Akibahara, Tokyo, pada suatu siang yang riang, Naoko menempelkan jari ke telinganya. “Moshi moshi (halo),” ujarnya. Sambil tetap melangkah, ia asyik mengobrol dan tertawa cekikikan. Naoko memang sedang menerima panggilan telepon. Tapi ia tak tampak menggenggam telepon seluler (ponsel). Juga tak ada tali-temali headset yang menghubungkan ponsel ke telinganya. Ataukah ia menggunakan aksesori handsfree nirkabel–sementara ponsel ditaruh di saku blazernya?

Tidak juga. Justru ponselnya melingkar dengan elok di
pergelangan tangannya, persis arloji. Tapi, untuk menjawab dan membuat panggilan, ia tak perlu merapatkan ponsel-arloji itu ke mulutnya. Cukup dengan merapatkan jari telunjuk dan jempol, lalu menempelkannya ke kuping, suara lawan bicara di seberang sana akan terdengar jelas.

Itulah teknologi ponsel terbaru rancangan NTT DoCoMo yang
dinamai Finger Whisper Phone. Menurut Masaaki Fukumoto, peneliti dari perusahaan seluler terbesar di Jepang itu, gambaran di atas akan segera menjadi pemandangan sehari-hari di Negeri Sakura. DoCoMo sendiri belum mengumumkan jadwal peluncuran produk itu secara komersial, tapi laporan- laporan awal menggambarkan targetnya adalah 2005.

Media Computing Laboratory, pusat penelitian dan pengembangan DoCoMo, akhir pekan lalu mengumumkan mereka berhasil mengembangkan sebuah prototipe ponsel yang menggunakan anggota tubuh penggunanya sebagai media transmisi suara. Ponsel ini menggunakan pergelangan tangan sebagai sarana mengkonversi gelombang suara digital menjadi vibrasi (getaran) melalui tulang pergelangan tangan. Hasilnya bisa didengar dengan cara mendekatkan jari ke telinga. Jari telunjuk dan jempol yang disentuhkan akan berfungsi sebagai tombol on/off untuk menerima atau mengakhiri panggilan telepon.

Transmisi suara melalui tulang dianggap lebih baik ketimbang
melalui udara. Kualitas suara perkakas tangan terbaru itu
diharapkan jauh lebih bagus ketimbang ponsel tradisional: tetap nyaman saat menerima panggilan di tengah kebisingan.

Selain berfungsi mengirim suara melalui pergelangan tangan dan jari ke telinga, metode itu mengkonversi suara pengguna yang dikirim balik melalui jari dan pergelangan tangan, kemudian ditangkap oleh mikrofon di ponsel. Jadi, pengguna tidak perlu bolak-balik mengubah posisi ponsel-arloji hanya untuk memastikan mikrofon bisa menangkap suaranya dengan baik.

Untuk itu, para peneliti DoCoMo bekerja keras menjaga keandalan ponsel itu agar suara pengguna bisa ditangkap dengan baik oleh mikrofon dengan menganalisis gerakan-gerakan otot di sekitar mulut. Agar dapat menangkap sinyal-sinyal myoelectric yang dihasilkan sel-sel otot, dalam penelitian lanjut itu, seorang pengguna diminta mengenakan detektor elektroda berbentuk cincin yang dipasang di jempol, telunjuk, dan jari tengah, kemudian melekatkannya di pipi dan bibir bagian atas.

Sejauh ini, para peneliti berhasil mengidentifikasi huruf-huruf
vokal yang diucapkan agar bisa dikenali dengan baik oleh
mikrofon. Mereka juga sedang mempelajari karakteristik
ucapan-ucapan konsonan, yang jauh lebih rumit karena membutuhkan gerakan-gerakan otot yang lebih kompleks juga. Apalagi konsonan umumnya diucapkan lebih cepat ketimbang vokal.

Ponsel itu memang sengaja dirancang sepraktis mungkin. Karena berukuran sangat mungil, agar tidak ribet, ponsel itu didesain tak memiliki keypad. Untuk membuat panggilan, pengguna hanya perlu mengucapkan nomor tujuan. Teknologi pengenalan suara termutakhir akan membantu mencarikan dan menghubungi orang yang diinginkan.

Selain orisinal, seperti diungkapkan analis Amanda Akien,
ponsel-arloji itu merupakan “konsep eksentrik lain yang pernah disumbangkan Jepang untuk Planet ini, setelah sumo, karaoke, sushi, dan geisha.”

Moshi moshi….

Budi Putra

TEMPO Edisi 031123-038/Hal. 84