Ketika TV Anda Berdering
21, December, 2004
Selasa lalu saya mendapat kesempatan yang sudah lama saya tunggu-tunggu. Seorang sejawat, salah seorang bos dari sebuah perusahaan operator seluler, dengan bangga memamerkan produk teranyarnya yang masih dalam tahap uji coba: siaran TV di telepon seluler!
Bukan klip video, klip program tayang ulang atau siaran tunda, tapi benar-benar tayangan TV live. Saat itu ia menayangkan siaran berita RCTI dan Metro TV di ponselnya.
Kualitas suaranya lumayan bagus, meskipun sesekali resolusi gambarnya terlihat kurang tajam. “Kebetulan server yang kami gunakan untuk uji coba ini baru sebatas komputer PC. Untuk layanan komersial nanti, tentu kami akan menggunakan server khusus berkapasitas tinggi,” ujarnya.
Ia hanya ingin menegaskan, yang jelas siaran mobile TV di Indonesia sudah bisa diimplementasikan. “Yang penting sudah bisa dioperasikan. Soal ketajaman gambar itu cuma perkara upgrade teknologi,” ujarnya.
Gawe siaran TV di ponsel ini, menurut dia, memang membutuhkan persiapan yang cukup matang. Setiap aspeknya harus ditangani secara simultan.
Selain soal teknologi dan jumlah bayaran yang akan dikenakan pada pengguna yang harus dikalkulasikan secara matang, regulasinya juga harus siap. Misalnya, “Stasiun TV harus mendapat izin untuk dapat menayangkan programnya di ponsel.”
Sambil berkeliling dengan mobilnya di beberapa ruas jalan di Jakarta, ia menunjukkan betapa siaran TV di ponsel secara teoretis jauh lebih stabil. “Karena gambar yang terima berupa transmisi data, kalau sedang bergerak pun, kualitasnya sama sekali tidak terganggu.”
Dalam peta jalan (roadmap) layanan teknologi bergerak menuju generasi ketiga (3G), mobile TV adalah langkah penting sebelum memasuki videophone–yang sudah sukses dijalankan di negara seperti Jepang dan Korea.
Dan tanpa disadari, pelan tapi pasti, Indonesia segera memasuki era itu.
Ketika pertengahan tahun lalu uji coba serupa dilakukan di Singapura dalam sebuah ekspo teknologi informasi dan telekomunikasi, saat itu saya berpendapat, Indonesia pastilah masih butuh waktu relatif lama untuk bisa melakukannya.
Tapi ternyata saya keliru. Meski baru dalam tahap uji coba sebagaimana yang dapat dilakukan oleh sebuah operator seluler yang meminta agar nama perusahaannya tidak diungkapkan dulu, saya sendiri merasa surprised: teknologi mobile TV di Indonesia ternyata bisa muncul lebih cepat dari yang saya duga.
Begitulah: tak lama lagi, betapa asyiknya membayangkan, ketika kita sedang tidak di kantor, misalnya sedang makan siang di sebuah plaza atau sedang berada di atas mobil, kita tetap bisa menikmati siaran TV dari ponsel.
Artinya, ke depan, fungsi dan kegunaan telepon seluler akan semakin extravaganza: bukan saja sekadar jadi peranti genggam buat mengambil foto, merekam dan memutar video, memutar musik, mendengarkan radio, atau bermain game, tapi juga sekaligus menjadi pesawat TV yang bisa ditaruh di dalam saku.
Benar, seperti yang ditulis oleh Business Week beberapa waktu lalu, saat ini Indonesia bukan lagi sekadar menjadi “penonton boom seluler”.
Disadari atau tidak, negeri ini sudah menjelma menjadi sebuah kekuatan baru dalam bisnis teknologi bergerak di Asia. Progresivitas operator dan akseptabilitas pengguna teknologi ini menjadi faktor pendorongnya.
Mudah-mudahan akan muncul lagi kejutan-kejutan baru dalam waktu dekat.
Siapa tahu sudah ada yang sedang bekerja keras menguji coba videophone yang secara teoretis tentu sudah seharusnya dapat dilakukan ketika mobile TV sudah bisa ditayangkan di ponsel.
Selamat datang di Negeri Seluler!
Komputer Aman, Tak Selalu Nyaman
21, December, 2004
SEGALA sesuatu yang agak merepotkan pastilah dengan mudah kita abaikan. Misalnya, soal aplikasi antivirus di komputer. Seringkali kita merasa jengkel kalau harus menginstal atau saat mengetahui aplikasi tersebut sudah kadaluarsa.
Jangankan membeli peranti lunak sekuriti yang baru, mengunduh (download) versi teranyar gratisan dari situs web saja, malasnya bukan main.
Di situlah masalahnya, mengapa mengurusi program antivirus begini terasa begitu menjengkelkan, padahal sangat penting!
Penyesalan baru muncul ketika mendapati komputer kita sudah porak-poranda oleh virus, worm, spam, atau apalah namanya.
Memang dibutuhkan kerelaan kita sedikit saja untuk mau repot dalam mengurusi masalah aplikasi antivirus ini. Dengan semakin pintarnya para pencipta virus dan makin gencarnya aktivitas membobol sistem, cara mengamankan sistem pun harus makin ditingkatkan.
Seperti yang diungkapkan seorang ahli bidang keamanan, Steve Riley, setiap orang disarankan memblokir semua pintu dahulu, baru mengizinkan mereka yang berkepentingan masuk. Tak ubahnya seperti bila kita akan masuk ke mal atau plaza, selain setiap orang diperiksa secara manual, mereka juga harus lewat detektor logam.
Menjengkelkan memang, tapi itu wajib dilakukan untuk menjamin keamanan: siapa tahu ada pengunjung yang membawa bahan peledak atau senjata tajam.
Tak terelakkan, menurut Riley, pada akhirnya keamanan tidak seiring sejalan dengan kenyamanan. Lihat saja, saat menginstal suatu program ke komputer, kita pasti ditanya macam-macam oleh sistem. Pilih yang ini atau itu? Mau sebagian atau semua? Mau ditaruh di mana?
“Bila ingin aman, maka kita harus mengorbankan kenyamanan. Begitu pula sebaliknya,” ujar Riley. Selain itu, sebagian dari kita juga merasa kurang antusias dalam menyimak berita-berita terbaru soal keamanan komputer, sistem dan jaringan.
Padahal dari sini kita bisa tahu, apakah aplikasi bermasalah yang sedang dirundung virus itu, juga sedang kita pakai atau tidak. Pada saat yang sama, kita juga bisa mencari tahu bagaimana cara mengatasinya.
Misalnya, akhir bulan lalu terbetik kabar, sebuah lubang baru ditemukan di aplikasi WinAmp yang memungkinkan hacker masuk ke sistem PC.
Menurut situs web The Register, hacker membuat kode jahat berbentuk file .m3u (playlist file) yang ditaruh di situs web, dan bisa terunduh otomatis ke PC yang terhubung ke internet. Tanpa sepengetahuan pemilik PC, file tersebut bisa langsung terbuka di peranti pemutar musik di PC ini.
Celah keamanan tersebut hanya terjadi pada versi 5.05 dan telah diantisipasi pada versi 5.06. Namun sebuah firma keamanan jaringan memperingatkan bahwa versi-versi sebelumnya kemungkinan besar juga terinfeksi cacat serupa.
Selain WinAm, hacker juga dilaporkan bisa masuk ke sistem PC lewat celah yang terdapat pada Internet Explorer, browser keluaran Microsoft.
Caranya dengan mengekploitasi kode eksekusi yang diletakkan dalam situs web tipuan. PC yang telah terinfeksi kode jahat tersebut bisa dikendalikan oleh para pembobol melalui jaringan internet.
Sebelumnya, sejumlah perusahaan pembuat antivirus juga melaporkan adanya worm baru yang menyebar melalui Internet Explorer.
Pendeknya, luangkan waktu untuk menyimak informasi terbaru mengenai virus-virus ini. Tentunya tidak sekadar rajin membaca, tapi juga secara kongkret memperhatikan kondisi komputer masing-masing: apakah program sudah kadaluarsa atau belum.
Memang tak nyaman. Tapi, setidaknya hal itu bisa menjamin keamanan komputer, sekaligus mengamankan aplikasi dan dokumen digital Anda. (ec-kt.051204)