Meski memiliki lisensi sebagai operator layanan telepon tetap nirkabel (fixed wireless access, FWA), PT Telkom baru saja meluncurkan layanan Flexi yang bisa digunakan di seluruh daerah yang sudah memiliki jaringan Flexi. Wah, udah kayak operator seluler dong!

Kayaknya ini sudah bertentangan dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 35 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Jaringan Tetap Lokal Tanpa Kabel dengan Mobilitas Terbatas.

TEMPO Interaktif, Jakarta: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk meluncurkan layanan Flexi Combo yang dapat digunakan pada 200 kota di Indonesia dengan tarif lokal.

Direktur Utama Telkom Arwin Rasyid mengatakan, layanan Fleksi Combo memberikan keleluasaan bagi pelanggan untuk melakukan komunikasi. Selain mendapatkan satu nomor induk, pelanggan juga dapat mendaftarkan dua nomor temporer pada kode area lain yang akan dikunjungi. “Sehingga pelanggan dapat berkomunikasi dengan tarif lokal di kota yang telah didaftarkan,” kata Arwin Rasyid di Grha Cipta Caraka Jakarta hari ini.

Arwin menjelaskan dua nomor temporer tersebut dapat diubah setiap saat oleh pelanggan jika hendak bepergian ke kota lainnya dengan masa waktu tiap nomor tiga hari melalui pesan singkat ke nomor 777.

Sedangkan tagihan yang dibebankan kepada pelanggan akan dijadikan satu dengan nomor induk. “Berbeda dengan Flexi Combo sebelumnya yang membebankan tagihan secara terpisah pada tiga nomor berbeda yang didaftarkan pelanggan,” ujarnya. Eko Nopiansyah

[G!]

network.jpg
Operator penyelenggara telekomunikasi mendukung upaya pemerintah mengenakan denda hingga Rp 10 miliar bagi operator yang tidak melakukan interkoneksi dengan baik. Menurut Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No: 08/Per/M.KOMINF/02/2006, interkoneksi adalah keterhubungan antar jaringan telekomunikasi dari penyelenggara jaringan telekomunikasi yang berbeda.
Kayaknya jelas operator yang disasar itu siapa… 🙂

Menurut Direktur Corporate Affair PT Excelcomindo Pratama Tbk. Rudiantara, peraturan pemerintah itu lebih realistis demi mengatur persaingan yang fair di industri telekomunikasi. Sebab, sanksi denda itu dapat memberikan efek jera kepada operator yang tidak menaati peraturan interkoneksi. “Yang terpenting adalah parameter yang digunakan harus detail,” kata Rudiantara kepada Tempo kemarin.

Direktur Pemasaran PT Indosat Tbk. Wahyu Wijayadi menambahkan, dia berharap peraturan pemerintah ini bisa membuat layanan telekomunikasi berjalan baik. Sebab, ada ketegasan sanksi bagi operator yang lalai membuka koneksi dengan operator lain. “Selama ini perseroan tidak mengalami masalah dalam permohonan pembukaan interkoneksi kepada dan dari operator lain.”

Pekan lalu Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi Departemen Komunikasi dan Informatika Basuki Yusuf Iskandar mengaku sedang menyiapkan peraturan mengenai sanksi denda hingga Rp 10 miliar bagi operator yang tidak melaksanakan interkoneksi dengan baik. “Drafnya sudah dibahas. Mudah-mudahan akhir bulan selesai dan bisa diberlakukan,” kata dia.

Menurut Basuki, penerbitan peraturan ini karena sulitnya pemerintah mengatur operator menjalankan interkoneksi secara baik dan adil, terutama operator besar. Meski ada Undang-Undang Telekomunikasi, operator masih kurang menaati aturan-aturan tersebut akibat tiadanya sanksi tegas, terutama denda.

[G!]

PT Bakrie Telecom, salah satu operator layanan suara dan data fixed wireless terkemuka di Indonesia, memperbesar kapasitas dan jangkauan transmisi jaringan nirkabelnya secara signifikan dengan radio access, switching dan solusi optikal terbaru dari Nortel.

Dengan peningkatan kapasitas jaringan CDMA2000 1X tersebut, mencakup daerah Jakarta dan sekitarnya serta 15 kota di Jawa Barat dan provinsi Banten, memungkinkan Bakrie Telecom memenuhi permintaan pelanggan yang semakin meningkat terhadap layanan komunikasi suara dan akses Internet broadband fixed wireless, komunikasi data dan faks dengan merek Esia.

"Kami telah mencetak pertumbuhan sebesar 55 persen selama kuartal pertama tahun 2006 dan akan terus bertambah hingga mencapai kurang lebih 1,35 juta pelanggan di akhir 2006, atau dua kali lebih besar dibanding total tahun lalu," kata AG Rao, Chief Technical Officer, PT Bakrie Telecom.

Solusi Nortel untuk Bakrie Telecom terdiri atas CDMA Metro Cell Base Transceiver Stations (BTS) baru yang memungkinkan pertumbuhan jaringan yang hemat biaya dan tanpa hambatan, perlindungan investasi saat ini, melalui card upgrade ke infrastruktur 1xEV-DO generasi ketiga (3G) dari Nortel.

Pada jaringan intinya, Bakrie menggunakan DMS-MTX Circuit Switching Platform fleksibel dari Nortel yang memungkinkan pelanggan dapat menerima pelayanan yang dapat diandalkan secara terus menerus. [G!]

gadget_network.jpg Cisco Systems mengumumkan perluasan pada arsitektur Internet Protocol Next-Generation Network (IP NGN) dengan produk-produk terbarunya untuk portofolio Carrier Ethernet. Arsitektur ini menawarkan kepada para penyedia layanan sejumlah pilihan implementasi yang fleksibel dengan menggabungkan beragam manfaat produk dan teknologi optik, routing dan switching.

Secara khusus, Cisco memperkenalkan seri Ethernet Switch Cisco ME 6500 dan Cisco ONS 15310 Metro Access (MA) multiservice provisioning platform (MSPP), yang menghadirkan layanan Carrier Ethernet pada jaringan optik yang sinkron atau infrastruktur-infrastruktur SONET.

Cisco ME 6500 Series memiliki daya kinerja tinggi, banyak fitur dan kemampuan switch Ethernet yang dapat diimplementasikan baik di layer akses maupun agregasi dari suatu jaringan penyedia layanan.

Produk yang dirancang khusus untuk kebutuhan penyedia layanan dan dibuat berdasarkan teknologi Cisco Catalyst 6500 ini merupakan switch Carrier Ethernet pertama di industri yang mampu mengoptimalkan layanan triple play (video, suara dan data) serta virtual private network (VPN) kelas bisnis yang berjalan melalui jaringan fiber optik.

Tren koneksi Internet saat ini mengarah kepada integrasi antara layanan suara, video, data dan mobilitas. Percakapan suara, pertukaran data atau e-mail, melakukan pengunduhan atau mendengarkan musik dan video, tidak hanya terjadi ketika pengguna berada di kantor atau di rumah saja, tetapi juga di perjalanan dan di mana pun.

IDC melaporkan dominasi Cisco di pasar Carrier Ethernet mencapai 65,3 persen, sedangkan Infonetics Research mencatat sebesar 68 persen dan Ovum-RHK 66 persen. Cisco juga telah menunjukkan pengadopsian pelanggan terhadap produk dan teknologi Carrier Ethernet di seluruh dunia, melalui sejumlah kerjasama dengan penyedia layanan seperti BellSouth, Neuf Telecom, SBC, Softbank BB Corporation, Swisscom, Tata VSNK dan TeliaSonera.

Pentingnya Edukasi Teknologi

25, February, 2006

ilustrasi MMS from Nokia.jpgSEORANG bapak, dengan sedikit terengah-engah, menghampiri toko telepon seluler. “Saya mau membeli ponsel,” ujarnya.

“Boleh, Pak, silakan pilih,” sahut si penjaga toko dengan ramah. “Mau merek apa, Pak? Seri apa?”

“Terserah, pokoknya yang paling mahal,” jawab si bapak sumringah. “Yang mahal pasti bagus kan?”

Pria yang menjaga toko itu mengeluarkan sebuah model ponsel. “Kartunya sudah punya, Pak?” kartunya.

“Belum. Sama kartunya sekalian.”

“Di tempat Bapak ada sinyal nggak?”

“Nggak tahu. Ya sudah, sama sinyalnya sekalian!”

Peristiwa yang diceritakan rekan saya itu boleh jadi memang nyata, atau sekadar anekdot. Tapi pesannya jelas: edukasi terhadap teknologi bukan suatu hal yang bisa ditawar-tawar lagi.

Sebuah produk teknologi tak akan mencapai targetnya jika masyarakat yang sedang disasar itu masih belum paham, padahal mereka (merasa) membutuhkannya.

Contoh paling dekat: teknologi telepon seluler. Teknologi yang satu ini sesungguhnya terbilang cepat dan berhasil melakukan penetrasi di kalangan masyarakat.

Lihat saja, dalam waktu relatif singkat, penggunaan ponsel sudah makin meluas. Ponsel tidak lagi sekadar perangkat teknologi untuk kalangan tertentu, misalnya kalangan bisnis atau profesional, tapi sudah menembus kalangan lain yang lebih luas.

Tapi seberapa besar kualitas penggunaan teknologi tersebut di kalangan masyarakat?

Adakah mereka menggunakan ponsel tak sekadar panggilan suara atau SMS? Seberapa banyak pengguna ponsel yang bisa melakukan setelan GPRS/MMS sendiri?

Kalau belum, masalah ini merupakan “pekerjaan rumah” penting bagi penyelenggara teknologi komunikasi bergerak ini, baik itu operator maupun vendor ponsel.

Pertanyaannya, seberapa intens mereka melakukan edukasi terhadap pengguna teknologi ini? Seberapa sering mereka melakukan sosialisasi tentang bagaimana memaksimalkan penggunaan ponsel bagi pedagang dan petani misalnya?

Padahal, upaya ini pastilah cukup strategis. Program edukasi ini tidak hanya berguna bagi pengguna yang sudah ada (existing user) tapi juga akan menggerakkan para calon pengguna (expecting user) untuk bergabung.

Bukankah pangsa pasar layanan seluler masih terbuka lebar? Jika saat ini pengguna layanan GSM di Indonesia sudah mencapai lebih 30 juta orang dan 5 juta pengguna layanan CDMA, tentulah angka itu masih sangat kecil dibanding jumlah penduduk negeri ini.

Pertumbuhan jumlah pengguna harus digenjot dengan berbagai strategi: tidak hanya dengan strategi pemasaran, tapi juga strategi edukasi yang komprehensif.

Artinya, operator jangan hanya sibuk perang diskon layanan dan vendor asyik menjajakan ponsel hemat, tapi juga harus menyempatkan diri mendekati masyarakat dan menunjukkan pada mereka betapa teknologi ini sangat membantu.

Bahasa yang digunakan mestinya juga bahasa yang mudah dimengerti oleh masyarakat awam. Mestinya, masyarakat jangan hanya disuruh membeli layanan yang murah, tanpa diberi tahu apa manfaatnya bagi mereka.

Saya percaya, jika mereka diberikan kesempatan untuk sedikit belajar sehingga yakin teknologi ini berguna dan dapat mempermudah pekerjaannya, mereka tidak akan ragu-ragu membeli.

Artinya, dari segi kemampuan ekonomi, rata-rata masyarakat boleh dikatakan sudah cukup lumayan. Masih ingat enam-tujuh tahun lalu ketika Indonesia dilanda krisis, kita melihat betapa dinamika ekonomi rakyat, terutama di daerah pinggiran dan pedesaan, sama sekali tak terpengaruh?

Yang penting, beri tahu dan cerdaskan mereka dulu, baru kemudian tunggu bagaimana responsnya. Mereka akan bergegas mengambil manfaat dari perangkat telekomunikasi ini.

Saya percaya tak akan ada lagi orang yang membeli ponsel dan kartu SIM, tapi juga ingin memborong sinyalnya sekalian.***(041219-ec-kt)

Hewlett Packard kembali menempati posisi No.1 untuk server berbasis Windows, Linux dan high-end UNIX dari sisi pendapatan pada kwartal terakhir 2005. Dari data IDC yang dirilis hari ini untuk kuartal ke empat 2005, terlihat bahwa selama 15 kuartal berturut-turut, HP telah melampaui berbagai vendor utama dalam pasar server, sekaligus pula membukukan pangsa terbesar dari total pendapatan di kategori server.

HP juga memimpin untuk gabungan ketiga sistem operasi utama (Windows, Linux dan UNIX) yang terdiri dari lebih 95 persen total server yang dikapalkan ke seluruh dunia dan 78,7 persen dari total pendapatan server.

Sebagai tambahan, HP menunjukkan pertumbuhan pendapatan sepanjang tahun 2005 untuk server x86 (hingga 16,1 persen) dan server berbasis Intel Itanium 2 (EPIC) (hingga 75 persen).

“Angka-angka ini menunjukkan mantapnya kinerja kami pada kuartal empat lalu dan nilai yang kami sampaikan pada para pelanggan dari keseluruhan portofolio server,” ujar Mark Hudson, Wakil Presiden Pemasaran, Enterprise Storage dan Server HP.

Lebih dari 40 pemimpin industri, termasuk IBM dan Intel hari ini mengumumkan terbentuknya Blade.org, sebuah komunitas terbuka yang akan mengembangkan dan meningkatkan teknologi blade generasi mendatang. Di tahap awal, komunitas Blade.org akan berfokus pada bimbingan desain solusi, pengujian interoperabilitas dan kepatuhan, kegiatan-kegiatan industri serta pendidikan pasar.

Anggota baru yang diumumkan hari ini meliputi Altiris, AMD, Avnet, BladeFusion, Broadcom, Brocade, CGAtlantic, Citrix Systems, Clovis Solutions, Devon IT, Emulex, Force10 Networks, Fulcrum Microsystems, HCL Technologies, IBM, Intel, iVivity, Myricom, NetApp, NetEffect, Neoware, Nortel, Novell, OpenService, PathScale, QLogic, Qumranet, dan Red Hat, Sensory Networks, Server Engines, Stargen, Symantec, Teak Technologies, Tehuti Networks, Universal Network Machines, Universal Scientific Industrial, Virtual Iron, VMware, Voltaire, Wyse Technology dan Zeus Technology. Jenis keanggotaannya dibagi menjadi anggota pengurus, sponsor dan umum.

Hari ini, IBM juga mengumumkan tersedianya spesifikasi terbuka yang telah di-update untuk sistem BladeCenter baru yang berperforma tinggi – BladeCenter H. IBM adalah satu-satunya vendor server yang membeberkan spesifikasi blade-nya.

Egadget-mobile-phone.jpgAkses jaringan berpita lebar memang jadi impian bagi pengguna teknologi yang hobi Internet, transfer data, dan multimedia. Kini konsumen sudah bisa menikmati akses Internet pita-lebar nirkabel di ponsel tanpa harus repot-repot mencari hotspot–sentra akses wireless fidelity (Wi-Fi) yang tak selalu gampang ditemukan. Kini Andalah yang jadi hotspot-nya.

Semua itu berkat teknologi evolution data optimized (EV-DO), evolusi teranyar dari teknologi seluler CDMA2000 1x. Layanan multimedia, seperti video streaming, video sharing, tele-conference, hingga mobile TV, akan dapat dinikmati dengan mudah di ponsel–semudah menggunakannya di laptop.

Di Indonesia, pengguna layanan seluler CDMA 1x akan segera menikmati layanan ini. Mobile-8 Telecom sudah meluncurkan layanan ini untuk wilayah Jakarta. Adapun Telkom (Flexi), Indosat (StarOne), dan Bakrie Telecom (Esia) juga segera meluncurkan layanan serupa.

Sejak versi Rilis-0 dengan kecepatan data maksimum 2.400 kilobita per detik (kbps), generasi ketiga dari jalur CDMA ini berkembang dengan cepat. EV-DO Revisi-A, misalnya, memiliki kecepatan maksimal 3.100 kbps dan EV-DO Revisi-B memiliki kecepatan maksimum mencapai 46 ribu kbps alias 46 megapita per detik!

Bandingkan dengan generasi teranyar jalur GSM: 3G W-CDMA/UMTS, hanya memiliki kecepatan maksimum 2.000 kbps, dan 3,5G high-speed downlink packet access (HSDPA) memiliki kecepatan maksimum 14.400 kbps. Pertarungan dua kubu ini makin seru, kan?

KUBU GSM:

GPRS
Standar: 2,5-G
Kecepatan maksimum: 160 kbps

EDGE
Standar: 2,75-G
Kecepatan maksimum: 384 kbps

W-CDMA/UMTS
Standar: 3-G
Kecepatan maksimum: 2.000 kbps

HSDPA
Standar: 3,5-G
Kecepatan maksimum 14.400 kbps

KUBU CDMA:

CDMA2000 1x
Standar: 2,75-G
Kecepatan maksimum: 153 kbps

CDMA 1x EV-DO Rel-0
Standar: 3-G
Kecepatan maksimum: 2.400 kbps

CDMA 1x EV-DO Rev-A
Standar: 3-G
Kecepatan maksimum: 3.100 kbps

CDMA 1x EV-DO Rev-B
Standar: 3-G
Kecepatan maksimum: 46.500 kbps

egadget-Ibm-Logo2.gif Ilmuwan IBM hari ini mengumumkan mereka telah menciptakan sebuah chipset kecil berbiaya rendah yang memungkinkan perangkat elektronik nirkabel mengirim dan menerima data sepuluh kali lebih cepat dari jaringan WiFi (wireless fidelity) tercanggih saat ini. Dengan menggunakan teknologi pembuatan chip IBM yang disebut silicon germanium, chipset ini mampu mengirim dan menerima informasi dalam spektrum radio yang lebih kecil, tidak berlisensi dan dapat mengangkut data dalam jumlah yang lebih besar. Ini merupakan keunggulan tersendiri karena format media digital yang padat data, seperti HDTV, kini semakin merebak. Beberapa perusahaan elektronik sedang berupaya untuk menelusuri potensinya, termasuk memasukkan chipset ini ke dalam produk-produk mereka sebelum akhir tahun ini.

Ketika Balon Jadi Hotspot

23, October, 2005

ERA akses Internet di mana-mana memang sudah di depan mata. Sejak ditemukannya akses Internet berpita lebar nirkabel berbasis Wi-Fi (wireless fidelity), sentra-sentra akses alias hotspot kini sudah bertebaran di tempat-tempat publik, khususnya di kota-kota besar di Indonesia.

Inilah teknologi dengan sinyal radio yang memancarkan koneksi Internet hingga radius seratus meter.

Jika peranti mungil ini ditempelkan pada modem dengan koneksi berpita lebar, semua komputer atau perangkat genggam di sekitarnya yang memiliki kemampuan Wi-Fi bakal bisa masuk ke Internet.

Teknologi standar Wi-Fi alias 802.11b yang menggunakan spektrum 2,4 GHz mampu mentransmisikan sinyal sekuat 11 megabit per detik (Mbps). Belum lagi kehadiran dua standar baru, 802.11a dan 802.11g, yang makin mengundang decak kagum.

Teknologi 802.11a, yang menggunakan spektrum 5 GHz, memungkinkan transmisi hingga 54 Mbps. Sedangkan 802.11g, yang hanya menggunakan spektrum 2.4 GHz, mampu melakukan transfer data hingga dua kali lipat, 22 Mbps.

Sebagian besar hotspotaccess point yang berfungsi sebagai sumber akses nirkabel bagi orang yang berada di sekitarnya–terdapat di kafe, restoran, hotel, gedung perkantoran, dan bandara. Bahkan ada yang membuat hotspot sendiri di rumah.

Sebuah ide cemerlang yang baru saja dilakukan sejumlah peneliti dari Eropa berhasil membuat hotspot pada balon gas yang melayang di stratosfer dan dapat memancarkan akses hingga 1,25 gigabita per detik!

Untuk pertama kalinya, balon tanpa awak yang melayang pada ketinggian 24 ribu meter dan berisi gas helium 12 ribu meter kubik tersebut diuji sebagai wahana Internet selama beberapa jam.

Balon ini dilengkapi dengan dua sistem komunikasi: antena radio berdaya tinggi dan sebuah sistem komunikasi optik berkecepatan ekstratinggi.

Hebatnya lagi, sistem pengiriman data dari balon ini menggunakan teknologi berbasis protokol 802.11b–protokol yang tadinya hanya mampu memancarkan akses puluhan meter.
Wahana ini dikembangkan oleh Konsorsium Capanina, yang terdiri atas 14 lembaga akademik dan industri dari Uni Eropa.

Seperti yang dilaporkan New Scientist, mereka berharap, wahana ini mampu menyediakan komunikasi nirkabel di daerah bencana ataupun akses Internet murah bagi negara-negara berkembang.

Wi-Fi dari udara ini benar-benar telah menjadikan akses Internet sebagai “oksigen” bagi semua orang. (Koran Tempo, 23/10/2005)