franklin_usb.jpg

Penerbit Franklin Electronic Publishers Inc melepas kamus bahasa Inggris yang berisi 300 ribu definisi kata serta 500 ribu sinonim dan antonim dari kamus Merriam-Webster dan Franklin Thesaurus. Namun, bukan berupa buku, melainkan berupa USB flash drive berkapasitas 256 megabita. USB flash drive ini hanya salah satu perangkat digital yang dikembangkan Franklin. Toko online-nya juga menjual sebuah kamus elektronik yang dilengkapi dengan pemutar MP3.

Secuil kecil batang flash drive ini siap dicolokkan ke PC untuk memberikan aplikasi-aplikasi yang agak berbeda dengan kamus online, seperti petunjuk tata bahasa, pengecek ejaan, pembanding dua kata yang memiliki pengucapan mirip, dan pencari jawaban puzzle.

Namun, peluncuran kamus berbentuk flash drive ini bisa dianggap terlambat. Mungkin berguna kalau muncul 15 tahun silam, tulis Gizmodo. Soalnya, di era saat ini, setiap aplikasi pengolah kata di komputer telah menyediakan pengecek ejaan.

Untungnya, Franklin juga memikirkan hal ini. Makanya, selain kamus, flash drive ini dilengkapi toko e-book dan fitur Newsstand, yang memungkinkan pengguna mencari buku serta majalah dan, jika dapat, lalu membelinya secara online. Link [G!]

Apple MacBook Pro Dikapalkan

27, February, 2006

Egadget-MacBook.jpgMacBook Pro, komputer jinjing Apple pertama yang menggunakan prosesor Intel, mulai dikapalkan pekan ini.  Hadirnya laptop ini diharapkan analis pasar akan meningkatkan pangsa komputer pribadi Apple yang kecil di Amerika.  Dengan memakai prosesor Core Duo 2,0 gigahertz, Apple mengklaim MacBook Pro memiliki empat kali unjuk kerja laptop mereka sebelumnya, PowerBook G4 1,83 gigahertz. Harganya akan mencapai US$ 2.499.

Egadget-Vista1.jpgAkhirnya sistem operasi terbaru Microsoft, Windows Vista, akan dirilis ke pasarans pada Desember 2006. Padahal sebelumnya produsen peranti lunak terkemuka sempat berjanji akan melepas Vista ke pasaran pada semester kedua 2006. Microsoft berjanji Vista akan tampil dengan performa yang lebih cepat dan lebih baik dalam hal pencarian data seperti e-mail, musik, foto dan content video. Vista juga meningkatkan sistem sekuriti, seperti untuk kontrol orang-tua dan media player

baru.

Bergaya dengan Si Putih Piano

14, February, 2006

Egadget-presario-2800.jpgTongkrongannya memang menyita perhatian: berkulit halus, putih, segar dan langsing. Siapakah dia? Bukan wanita cantik nan bening, tetapi sesuatu yang bisa membuat seorang wanita ‘cemburu’ ketika kekasihnya mendadak punya “pasangan” baru: notebook PC Compaq Presario B2800.

Proyek pertama dari inisiatif Made in Asia for Asia (MIAFA) dan sudah diluncurkan untuk pasar Indonesia, Presario B2800 memang khusus dirancang untuk konsumen dan pasar Asia. Inilah notebook warna putih pertama Hewlett Packard yang merefleksikan gaya konsumen muda Asia saat ini yang chic dan minimalis.

Putih? Ya, boleh jadi Apple Inc merasa sedikit gusar: Notebook Macintoshnya sejak lama mengusung warna ini. BenQ juga baru saja meluncurkan notebook putihnya, JoyBook S53, dan kemudian disusul oleh Presario B2800 ini. Diperkuat dengan prosesor Pentium M dengan teknologi Intel Centrino Mobile, Presario B2800 memiliki kemampuan pemrosesan multitugas, konsumsi tenaga yang efisien dan masa aktif baterai yang lebih panjang sehingga bisa diandalkan sebagai perangkat bergerak.

Penggunaan ATI Mobility Radeon X600SE memungkinkan laptop ini menjalankan fungsi-fungsi harian sebuah komputer pribadi, seperti video online, chat, jelajah web. Screen refresh bisa dilakukan berbarengan dengan presentasi multimedia yang sarat dengan tampilan video ataupun saat menyetel DVD berdurasi panjang tanpa perlu koneksi listrik. Dengan citra putih piano, touchpad cahaya biru LED pada indikasi status sebagai peningkah warna putih, Presario B2800 adalah perangkat bergerak yang tampil beda. Desainnya yang inovatif dan inspiratif, membuat setiap orang akan melirikkan mata padanya. Tak salah, jika ada yang ‘cemburu’ karenanya.

Kecepatan prosesor. Memori. Kapasitas hard disk drive. “Kita telah sampai pada suatu titik ketika komponen-komponen tersebut tidak lagi menjadi nilai tambah di mata pengguna komputer pada umumnya,” ujar seorang praktisi teknologi informasi di Jakarta pekan lalu.

Itulah sebabnya, menurut Soeparwan Soeleman, Country Manager Personal Computing Division IBM Indonesia, mengapa pihaknya mengembangkan sebuah strategi baru yang memberikan nilai yang lebih tinggi bagi pengguna.

“Produk IBM masa kini bukan sekadar komputer pribadi, tetapi merupakan suatu alat yang dapat membuat pengguna lebih efisien dan produktif dalam menjalankan bisnisnya,” ujar Soeparwan saat peluncuran notebook IBM ThinkPad T43 dan R52.

Strategi baru ini, dia melanjutkan, jelas ditujukan untuk menghadapi tantangan bisnis yang rumit dengan menghadirkan teknologi yang lebih mudah digunakan, lebih intuitif, dan aman.

Aman? Di sinilah poinnya. Setiap pengguna perangkat teknologi yang digunakan dalam beraktivitas dan bisnis pasti menginginkan segala sesuatunya berjalan lancar, tidak ada gangguan, bahkan lebih-lebih lagi, tidak ada yang hilang.

Jadi apa, sih sesungguhnya yang selalu ingin kita selamatkan di komputer kita? Software-nyakah atau data yang tersimpan di komputer? Aplikasi, program, ataukah semua dokumen yang ada di dalamnya?

Kalau saya pribadi cenderung menganggap data yang lebih penting diselamatkan ketimbang, katakanlah, software aplikasi tertentu. Pasalnya, jika suatu ketika komputer atau notebook kita mengalami crash, kena virus, atau disusupi hacker, peranti lunak yang rusak, toh masih bisa dibeli lagi, kemudian diinstal. Semuanya beres.

Persoalannya, bagaimana dengan data yang hilang? Bagaimana dengan dokumen-dokumen Word, presentasi, spreadsheet, foto, grafik, atau bahkan address book yang ada di aplikasi e-mail? Mohon maaf, jika ikut hilang juga, semua itu tak mungkin dibeli–mau dibeli di mana?

Padahal, yang namanya data, adalah sesuatu yang sangat berharga. Sekilas, dokumen-dokumen digital yang berusia satu, dua, atau lima tahun lalu tidak berharga. Orang yang menganggap ini tidak penting pastilah sudah menyingkirkannya dari hard-disk drive–bahkan menghapusnya sambil siul-siul!

Namun, bagi orang yang paham nilai sebuah data–entah dengan cara apa semua itu nantinya akan dimanfaatkan–“tak ada yang tak penting”. Berita pers, kliping berita, newsletter, surat elektronik dari kolega bisnis, foto dokumentasi, bahkan “sekadar daftar” alamat URL dan e-mail adalah sesuatu yang sulit dinilai dengan uang.

Manajemen data yang bagus sesungguhnya bisa menciptakan peluang dan ide baru. Sebaliknya, manajemen data yang buruk bisa membuat seseorang kehilangan peluang!

Lalu bagaimana cara mengelola data dengan baik? Bagi kalangan bisnis, pilihan perangkat teknologi yang tepat, aman, praktis dengan solusi storage yang makin leluasa tentulah menjadi suatu keharusan. Untuk ini, tersedia banyak pilihan: IBM, HP, Dell, atau Toshiba–sekadar menyebut beberapa buah nama.

Bagi pengguna pribadi, semua itu bisa dimulai dari pengelolaan data di komputer pribadi dengan baik. Jangan main hapus saja. Pemilahan penempatan data dengan kategori yang tepat akan membantu mereka untuk memulai sesuatu yang bisa dikategorikan sebagai apresiasi yang tinggi terhadap data.

Jangan lupa, solusi back-up murah meriah di Internet sebaiknya jangan sampai disia-siakan. Storage gratis macam Yahoo Briefcase mengapa tidak Anda manfaatkan untuk menyimpan dan menata data penting Anda? Atau memanfaatkan kapasitas e-mail raksasa macam Gmail juga sebuah pilihan yang cerdas.

Terserah apa pun yang akan Anda pilih, tapi ingatlah suatu hal: data adalah “harta karun” digital yang bisa membantu Anda suatu ketika. Siapa tahu data juga bisa mengubah hidup Anda. –Koran Tempo, 27/03/2005

Ada Komputer, Ada Hacker

25, August, 2005

ADA dua hantu yang kini paling ditakuti di dunia: teroris dan hacker. Yang pertama mengancam nyawa manusia dan berdampak secara politik, yang kedua mengancam komputer dan berdampak secara ekonomi dan bisnis.

Yang satu ditakuti oleh pemimpin negara, satunya lagi ditakuti oleh direktur perusahaan besar. Pendeknya, bagi kedua makhluk yang berkedudukan sebagai bos ini, hidup pasti akan lebih indah tanpa hantu-hantu itu.

Tapi yang namanya hantu tak pernah mau berlalu begitu saja. Dunia hantu ini juga sangat misterius. Banyak sekali mitos dialamatkan kepada mereka, tapi juga tak sedikit fakta yang membelalakkan mata.

Fakta terbaru kembali terjadi pekan lalu. Seorang pemrogram komputer asal Austria berhasil mengeksploitasi celah-celah dalam teknologi yang akan menjadi bagian dari sistem operasi Microsoft teranyar, Windows Vista.

Bukan hanya Microsoft, vendor jaringan terbesar, Cisco Systems, juga tak luput dari ancaman hacker. Para penyusup ini berhasil memanen data dan password dengan cara memanfaatkan celah pada peranti lunaknya.

Jelas bukan hal sederhana: penyusup berhasil mengusik Windows, yang menguasai 90 persen pasar sistem operasi di dunia, dan mencolek Cisco, yang menguasai pasar jaringan dan infrastruktur teknologi informasi dunia.

Mengapa para hacker ini sangat doyan menyusup dan mengusik? Mengapa mereka harus lahir ke dunia ini?

Ada banyak motivasi yang melatari hacker untuk beraksi: sekadar pamer kekuatan, menguji kemampuan, menjawab keingintahuan, atau karena ketagihan.

Bahkan ada juga hacker yang niatnya membantu. Mereka misalnya membobol kode-kode tertentu dan membaginya kepada siapa saja yang membutuhkan. Alasannya, bukan orang berduit saja yang berhak terhadap informasi.

Selain itu, ada hacker yang secara profesional memang dibayar untuk mencari kelemahan suatu produk teknologi. Bahkan ada yang berasal dari orang dalam perusahaan yang kemudian menjadi target. Artinya, ada motivasi ekonomi di dalamnya.

Namun, menurut seorang pakar komputer, meski dirasakan lebih banyak menimbulkan kerugian, keberadaan hacker tidak bisa dinafikan dalam sejarah perkembangan komputer. “Di mana ada komputer, di situ ada hacker,” ujar Randall.

Malah, katanya lagi, sejatinya mereka ikut membantu membesarkan dunia komputer. “Merekalah yang membuat para insinyur teknologi tak boleh lengah, tak boleh rakus, dan harus bersedia dikoreksi kelemahan-kelemahan yang terdapat di dalam produknya.”

Bravo hacker!

–Koran Tempo, 7/8/2005

PC Tak Akan Pernah Mati?

25, August, 2005

“SEBUAH komputer pada setiap meja dan di setiap rumah,” begitulah impian Bill Gates ketika mendirikan Microsoft pada 1975 setelah hengkang dari Universitas Harvard.

Kurang dari 25 tahun kemudian, ia berujar lagi: “Komputer pribadi tak akan pernah mati. Memang, komputer akan berubah menjadi bentuk-bentuk tertentu. Tapi akan selalu menjadi mesin serbaguna. Kita akan sangat bergantung padanya.”

Inilah ketika komputer–yang kini sudah terjual lebih dari 1 miliar unit di dunia–mulai menjadi ubiquitous device–perangkat yang bisa ditemukan di mana-mana.

Contoh yang paling gampang adalah listrik. Anda pasti heran kalau ada gedung atau rumah yang tak pakai listrik, bukan? Ya, karena listrik adalah ubiquitous device, bukan lagi sebagai barang mewah.

Lain halnya dengan komputer. Khususnya di negara-negara berkembang, komputer masih menjadi barang mewah. Orang masih terkagum-kagum kalau melihat ada komputer canggih.

Namun, semua itu segera berubah. Penetrasi komputer, terutama di negara-negara berkembang, sudah semakin membaik. Hal itu didorong oleh kecenderungan harga komputer yang semakin menurun.

Babak terbaru dari kiprah mesin pintar ini adalah grid computing. Teknologi ini memungkinkan kumpulan sumber daya computing yang tersebar dapat digunakan bersama dan dikelola sebagai satu komputer virtual yang besar.

Salah satu motivasi di balik gagasan ini adalah untuk meminimalkan kemubaziran. Hampir setiap organisasi saat ini memiliki kapasitas “computing” yang tidak terpakai, yang tersebar di berbagai tempat.

Hasil sebuah survei menunjukkan, 40 persen dari waktu mainframe tidak digunakan, Unix (90 persen) dan PC (95 persen).

“Di kemudian hari, apabila grid sudah banyak digunakan di perusahaan-perusahaan, grid akan bergerak melampaui batas dinding enterprise,” ujar Betti Alisjahbana, Presiden Direktur IBM Indonesia, dalam sebuah perbincangan dengan penulis di Jakarta pekan lalu.

Grid dalam enterprise–yang dibincangkan dalam IBM Forum di Jakarta Kamis (11/8/2005)–akan terhubung ke grid eksternal sehingga Internet akan menjadi sumber computing virtual.

Pesannya jelas: semua orang akan dapat menikmati komputer dan Internet secara lebih leluasa. Seleluasa orang menggunakan listrik seperti sekarang. –Koran Tempo, 14/8/2005