YouTube: New Kids on the Blog?
8, June, 2006
RANAH Internet memang identik dengan kejutan-kejutan baru. Salah satu kejutan yang terjadi tempo hari muncul dari blogosfer: ketika sebuah nama, YouTube, tiba-tiba muncul dan melesat di jagat Internet.
YouTube, situs video yang dibuat oleh Chad Hurley dan Steve Chen pada Februari 2005. Kemunculannya memicu “demam” video blog atau vlog.
Big Boys lainnya tentulah kebakaran jenggot. Tidaklah mengherankan pekan lalu Yahoo juga meluncurkan situs serupa, yaitu Yahoo Video.
Di YouTube, pengunjung dapat menemukan potongan klip video, game, pidato politik, perjalanan, hingga film kartun atau video apapun yang diunggah (diupload) ke sana.
Sebagai “anak kemarin sore” YouTube memang mencengangkan. Jumlah traffic di situs tersebut dilaporkan mencapai lebih dari 30 juta per hari dan menempati urutan ke-25 situs paling ramai di Internet. Posisi YouTube bahkan berada di atas America Online (AOL), Skype, dan IMDB. Tidak kurang dari 30 ribu video diunggah para vlogger setiap hari.
YouTube kini mampu menarik 43 persen pengunjung situs video di Internet, disusul MySpace Video di urutan kedua dengan 24 persen pengunjung. Google Video, MSN Video, dan America Online Video yang masing-masing hanya dilirik kurang dari 10 persen pengunjung situs video. [G!]
Ponsel 3G Sony Ericsson buat Penyelam
21, May, 2006
Bagi yang hobi menyelam, tak perlu khawatir kalau harus kehilangan kontak dengan dunia. Sony Ericsson menawarkan ponsel tahan air SO902WP+ yang bisa digunakan untuk mengirim foto dan rekaman video langsung dari bawah laut. Beroperasi di jaringan generasi ketiga (3G) W-CDMA, ponsel ini baru bisa dinikmati oleh pengguna layanan NTT DoCoMo di Jepang. [G!]
Kamera Kodak Bertahta Berlian
3, March, 2006
Kodak merilis kamera digital seri V570 bertahtakan berlian dan akan dihadiahkan kepada nominator artis terbaik Oscar tahun ini: Reese Witherspoon, Charlize Theron, Keira Knightley, Felicity Huffman dan Judi Dench.
Bekerjasama dengan Kwiat Diamonds, kamera tersebut dihiasi 75 butir berlian. Kamera ini memiliki fitur: Kodak Retina Dual Lens Technology, Ultra wide-angle dan 5X optical zoom, lensa Schneider-Kreuznach C-Variogon, 5.0 MP for prints up to 20 x 30 in. (50 x 75 cm), Advanced video options, On-camera panorama stitch mode, Kodak Easyshare Photo Frame Dock 2 included.
Ada dua pilihan: Kamera yang bertahta berlian ini dibanderol US$20.000 sedangkan harga kamera yang sama tanpa berlian cuma US$389. Pilih yang mana? [G!]
:: Lebih lanjut baca i4u
Ponsel Kamera 5 MP dari LG
16, February, 2006
Kamera buat Kado Valentine
13, February, 2006
Kalau ngasih coklat atau bunga buat kado Valentine 14 Februari kayaknya udah kelewat lumrah. Ini nih yang seru: Pentax khusus meluncurkan kamera kedap air ini untuk merayakan Valentine. Optio dibekali sensor 6 megapiksel dengan pembesaran optikal 3x. Layarnya berukuran 2 inci. Kamera ini dapat dipakai mengambil gambar di kedalaman air hingga 1,52 meter. Hadiah yang berkesan, bukan?
Selamat Tinggal Kamera Digital
26, August, 2005
PERKEMBANGAN teknologi yang amat cepat memang membuat sebagian orang
terkaget-kaget. Terutama bagi yang memiliki keyakinan bahwa kemajuan teknologi tak akan banyak membantu, kabar-kabar mutakhir soal teknologi paling ditanggapi dingin: “Paling orang kembali ke yang lama. Soalnya teknologi baru biasanya rumit dan mahal.”
Yang paling sering jadi sorotan kalangan ini adalah perkembangan telepon
seluler yang kian hari memang kian menjadi-jadi. “Telepon seluler ya tetaplah sebuah telepon. Buat apa beli mahal-mahal?” begitu tanggapan seorang rekan yang berasal dari “mazhab” ini.
Ketika ada ponsel yang juga memiliki fasilitas radio, dia berkomentar, “Lebih baik beli radio aja, Rp 20 ribu aja sudah bagus. Apa dengan radio yang ada di ponsel mahal, informasi yang kita terima lebih banyak?”
Begitu juga ketika muncul ponsel yang bisa menayangkan klip video, rekan ini langsung sengit: “Apa enaknya menikmati video dengan layar sebesar korek api ini? Paling hanya membuat mata jadi sakit!”
Reaksi yang sama juga muncul ketika beberapa merek ponsel memiliki fasilitas kamera digital. “Ah, apa pula ini? Mending beli kamera digital aja, megapikselnya lebih gede,” ujarnya.
Malah, soal kamera digital pun, ia masih memberi sebuah catatan khusus: “Secanggih apapun kamera digital, nggak bakalan mengalahkan kamera analog. Fotografer sejati pasti akan tetap membutuhkan kamera analog.”
Tapi, menurut dia, setidaknya bagi pemula, kamera digital sudah sangat
lumayan. “Paling tidak, tidak sejelek ponsel kameralah,” ulasnya.
Ia memang benar dalam satu hal. Saat perdebatan ini terjadi setahun lalu, ponsel berkamera yang beredar di Indonesia masih berkualitas seadanya: masih VGA dengan resolusi baru sekitar 6000-an warna. Terlihat kasar dan tak meyakinkan.
Namun saya katakan, di luar negeri saat itu sudah beredar ponsel-ponsel kamera dengan kualitas gambar megapiksel. Tapi ia tetap ngotot: “Tapi saya yakin ponsel kamera tidak akan mengalahkan kamera digital!”
Saya bilang semua itu tinggal menunggu waktu saja. Saya bilang, kamera digital tidak memiliki fasilitas-fasilitas lain yang bisa dimanfaatkan penggunanya.
Lain halnya dengan telepon genggam. Semuanya ada di situ: telepon, e-mail, fax, pengolah kata, presentasi, pemutar musik, pemutar video, kamera digital dan perekam video, pengelolaan manajemen pribadi, daftar alamat, dan seterusnya.
Berbeda dengan kamera yang tidak mungkin selalu dibawa-bawa — kecuali para fotografer sejati — setiap orang pasti akan selalu membawa ponselnya. Sebab kini nomer ponsel sudah identik dengan identitas seseorang.
Artinya, orang bisa melakukan banyak hal dengan ponselnya, termasuk
mengabadikan momen-momen kenangannya menjadi foto. Termasuk momen-momen yang langka yang boleh jadi akan luput: karena orang tak mungkin selalu membawa kamera.
Sekarang, terbukti ponsel-ponsel kamera sangat digemari. Di Indonesia, saat ini ponsel-ponsel kamera 1 megapiksel sudah menjadi hal yang biasa.
Berbagi foto menjadi keasyikan tersendiri, baik yang dikirim melalui pesan multimedia maupun dengan koneksi nirkabel murah meriah macam Bluetooth.
Argumentasi ini didukung pula oleh fakta yang tak terbantahkan: Angka
penjualan ponsel kamera di dunia sudah jauh meninggalkan kamera digital.
Seorang rekan praktisi di industri seluler bilang, tiga dari empat foto
digital saat ini diambil dari ponsel.
Kabar teranyar dari arena CeBIT di Hannover, Jerman, pekan ini soal sudah munculnya ponsel kamera 7 megapiksel, tentu semakin melengkapi kedigdayaan teknologi seluler dalam pertarungan bisnis dan industri digital.
Ponsel kamera 7 megapiksel? Wow! Kamera digital yang saat ini saja banyak dijual di pasaran — yang diperuntukkan bagi penggemar fotografi pemula -umumnya hanya memiliki kemampuan 3-4 megapiksel.
Selamat tinggal kamera digital!
–Koran Tempo, 13/03/2005
Saksi Mata Peristiwa
25, August, 2005
SEBAGIAN foto eksklusif tragedi bom London 7/7 lalu berasal dari telepon seluler yang dilengkapi dengan kamera dan perekam video.
Fenomena ini menunjukkan betapa sebuah teknologi yang sejatinya dipasarkan sebagai perkakas hiburan ternyata mampu memainkan peran penting dalam konteks jurnalistik terbaru.
Sebuah foto yang diambil oleh seorang penumpang kereta bawah tanah (subway) yang terperangkap berkaitan dengan ledakan bom yang mematikan, dalam beberapa jam sudah ditayangkan di layar televisi dan situs web.
Meski hasil fotonya sedikit blur dan kurang cahaya (yang lebih disebabkan oleh situasi darurat dan panik), tak pelak lagi, suasana mencekam di dalam subway yang terekam ponsel kamera itu adalah sebuah dokumentasi sejarah yang berharga.
Di sinilah keunggulan kamera yang terbenam di dalam ponsel dibanding kamera biasa ataupun kamera digital. Setiap saat orang pasti membawa ponselnya, tapi belum tentu senantiasa menenteng kamera.
Telepon seluler memang bukan lagi sebuah telepon. Sebuah ponsel yang diperkenalkan di arena CeBIT di Hannover, Jerman, tiga bulan lalu, bahkan memungkinkan penggunanya melakukan banyak hal ketimbang sekadar menelepon.
Handset terbaru Samsung itu memiliki kamera digital 7 megapiksel. Padahal sejauh ini kamera digital yang populer di pasar–khususnya bagi kalangan penggemar fotografi nonprofesional–hanya memiliki resolusi 3 atau 4 megapiksel.
“Telepon seluler kini lebih dari sekadar keypad dan tiga jam waktu bicara,” ungkap Matt Moore dalam kolomnya di sebuah situs informasi digital.
Dalam waktu relatif singkat, kehadiran ponsel kamera berhasil mengubah peta bisnis dan industri kamera digital secara drastis. Bukan lagi sekadar ancaman, tapi ponsel kamera sudah menjadi musuh paling nyata bagi industri kamera digital.
Menurut Photo Marketing Association International (www.pmai.org), penjualan ponsel kamera sudah mencapai angka 215 juta buah, sedangkan kamera digital baru sekitar 18,2 juta buah.
Semua itu sangat dimungkinkan oleh “mata” telepon seluler yang kian tajam. “Tiga dari empat foto digital saat ini diambil dari ponsel kamera,” ujar seorang praktisi seluler.
Apalagi karena fungsinya sudah jauh lebih variatif ketimbang sekadar untuk mengabadikan foto-foto keluarga dan wisata.
–Koran Tempo, 17/07/2005