AWAL April lalu peluncuran sebuah produk telepon seluler di London, Inggris, berhasil menyita perhatian dunia. Berbagai situs berita terkenal dunia menyempatkan diri menulis acara ini. Lha, apa menariknya? Setiap bulan, di hampir seluruh belahan dunia, selalu ada peluncuran produk baru teknologi bergerak ini. Apa istimewanya? Ataukah teknologi ponsel yang baru diluncurkan itu sudah sangat canggih sehingga sempat menggegerkan seperti itu?

Tidak sampai sejauh itu. Hari itu adalah peluncuran ponsel khusus bagi pengguna yang bertangan kidal. Mungkin tak banyak yang tahu kalau 12 persen atau sekitar tujuh juta warga Inggris bertangan kidal. Masalahnya, berdasarkan survei, ternyata mereka mengalami kesulitan saat menggunakan ponsel, yang semuanya didesain untuk orang yang terbiasa menggunakan tangan kanan.

Karenanya, operator seluler di Inggris Virgin Mobile, bekerjasama dengan vendor Sony Ericsson berusaha mencari solusinya. Hasilnya adalah ponsel LH-Z200, hasil modifikasi ponsel seri Sony Ericsson Z200 yang khusus ditujukan bagi pengguna bertangan kidal. Seri LH tersebut berarti Left-Handed.

Secara teknis hampir tidak beda antara seri kidal ini dengan seri orisinalnya. Desain cover dan fitur-fiturnya sama saja dengan seri Z200. Namun, papan ketik (keypad) LH-Z200 tersusun dari kanan ke kiri. Tak ubahnya melihat keypad ponsel biasa yang ditaruh di depan cermin. Susunan angka dan aksaranya memang ditata dari kanan ke kiri — begitu selanjutnya untuk deret-deret yang ada di bawahnya. “Ini adalah ponsel pertama di dunia yang menjadi solusi untuk para penguna ponsel kidal,” ujar Steven Day, Direktur Virgin Mobile, yang juga bertangan kidal.

Bagi orang yang terbiasa menggunakan tangan kanan dalam beraktifitas, berita ini mungkin berita biasa. Tapi bagi orang yang bertangan kidal, yang jumlahnya mencapai 10 persen dari total populasi dunia, ini jelas adalah kabar gembira. Setidaklah salah satu bentuk diskrimasi, di mana seluruh ponsel yang dijual selama ini didesain menurut kaedah tangan kanan, sedikit terminimalisir.

Diskrimasi? Diskriminasi nyata yang tak masuk agenda para pejuang hak asasi manusia adalah hak asasi orang kidal — orang yang lebih sering menggunakan tangan kiri ketimbang kanan dalam beraktifitas seperti menulis, mengangkat barang, memegang peralatan saat berolahraga dan sebagainya. “Orang-orang kidal masih sedang berjuang keras untuk membuat hidupnya lebih nyaman dalam dunia yang serba kanan ini,” tulis Kristin Brunt dari Universitas Northern Iowa.

Menurut mahasiswa Manajemen Sistem Informasi yang juga kidal ini dalam situs webnya, tidak sulit untuk menemukan diskriminasi bagi orang kidal di sekitar kita. Jika masuk kelas, kursi-kursi yang salah satu sandaran tangannya dijadikan meja tulis hanya diperuntukan bagi mahasiswa yang terbiasa menulis dengan tangan kanan. Tidak ada kursi yang meja tulisnya di sebelah kiri. Jika tetap dipaksakan menaruh buku di atas sandaran tangan sebelah kiri, resikonya tak ada ruang untuk menumpukan bahu kiri supaya menulis lebih nyaman. “Baru untuk urusan duduk, orang kidal sudah merasa tidak nyaman,” tulis Brunt.

Belum lagi jika harus menggunakan pemarut pensil dan gunting. Semuanya secara didesain bagi pengguna tangan kanan. “Anda tak akan pernah berhasil memarut pensil jika menggunakan tangan kiri. Saya sudah melakukannya berkali-kali, hasilnya: pensil saya selalu cepat menjadi pendek!”

Saat mulai belajar pun diskriminasi belum akan sirna. Menurut Alvin Silverstein dan Virginia B. Silverstein dalam buku The Left-hander’s World, “Bahkan bahasa kita, Bahasa Inggris, termasuk yang meremehkan orang kidal. Kata right yang merujuk pada bagian kanan dari tubuh kita itu juga berarti baik dan benar. Jika Anda mau menuntut keadilan dan hak asasi, tak ada satupun yang berteriak “civil lefts”, pastilah “civil rights”!

Toh bukan hanya Brunt yang bernasib kidal. Masih ada Jimi Hendrix, Martina Navratilova, Pangeran William, Nicole Kidman dan Bob Geldof. Profesi orang kidal juga beraneka ragam. Mulai dari filosof dan pemimpin dunia macam Aristoteles, Nietzsche, Simon Bolivar, Einstein, Napoleon Bonaparte, Julius Caesar dan Winston Churchill hingga penjahat macam William Bonney (Billy the Kid) dan Jack The Ripper.

Apa yang menyebabkan seseorang jadi kidal? Ada yang mengatakan itu adalah faktor keturunan, bahkan ada yang menyebut sebagai salah satu bentuk kelainan genetis. Namun ada juga yang mengatakan kidal adalah fenomena normal karena terkait dengan keseimbangan bagi otak dalam bekerja.

Menurut para pakar, masing-masing belahan otak kita mengatur mode pikiran yang berbeda. Hipotesa ini disebarluarkan oleh Roger Sperry, pemenang Hadiah Nobel pada 1981. Mode-mode itu secara garis besar terbagi dua: Otak kiri berperan dalam mengasah logika, berpikir secara berurutan, rasional, analitis, obyektif dan parsial. Sementara otak kanan berperan membentuk intuisi, berpikir acak, holistik, sintesis, subyektif dan menyeluruh.

Tangan kiri bekerja atas perintah otak kanan, sehingga orang-orang kidal tidak terlalu kerepotan dalam mengasah otak kanannya. “Ini tentunya berita buruk bagi mereka yang tidak dianugrahi tangan kidal, karena berarti mereka tidak memiliki dominasi otak-kanan,” ujar Mathias Konradson.

Brunt mengutip sebuah rumor, mungkin juga mitos, bahwa ada yang percaya orang kidal lebih pintar ketimbang orang kanan. “Orang bertangan kanan hanya menggunakan satu belahan otaknya, sedangkan orang kidal menggunakan keduanya — bahkan untuk tugas sepele seperti memungut pensil.”

Sebagai orang yang juga kidal, saya memilih untuk memandang fenomena kidal sebagai anugerah ketimbang nasib sial. Memandang diskrimasi yang terjadi sebagai tantangan, bukan halangan. Memandang tradisi di dunia timur seperti Indonesia yang menganaktirikan kebiasaan kidal — buktinya sejak kelas III SD saya dipaksa menulis dengan tangan kanan, akhirnya saya bisa dua-duanya — sebagai selingan.

Toh, kenyataannya, orang-orang kanan sudah mulai memikirkan kebutuhan orang kidal. Buktinya kini ada ponsel buat orang kidal — mungkin sebentar lagi ada parutan pensil atau gunting khusus kidal.

Lagi pula, orang-orang di dunia serba kanan, tidaklah terlalu ego dan tega-tema amat. Buktinya, mereka tidak sampai menjual atau membeli sepatu sebelah kanan saja, celana bagian kanan saja, headphone sebelah kanan saja atau sarung tinju sebelah kanan saja. Sisi kirilah yang berkontribusi membuat dunia ini tidak jadi gila beneran.***