Ketika Para Menteri Ngeblog

4, September, 2006

Akhir pekan lalu, blogosfer Indonesia ketiban berita bagus: satu lagi pejabat menteri Indonesia meluncurkan weblog-nya. Menteri Negara Perumahan Rakyat Yusuf Asy’ari mengumumkan kantor barunya di http://yusufasyari.com.

Ini adalah blog kedua dari anggota kabinet di Indonesia setelah Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono merilis blog-nya di http://juwonosudarsono.com beberapa pekan lalu.

Ditulis dalam dua bahasa, bahasa Indonesia dan Inggris, blog Menteri Asy’ari sudah punya dua posting baru. Pertama soal ibundanya yang baru saja meninggal dunia dan satu lagi soal kebijakan mengenai perumahan rakyat.

Sebuah manuver yang patut dihargai mengingat dewasa ini blog sudah menjadi media yang efektif bagi berbagai kalangan, termasuk bagi penyelenggara negara dalam berkomunikasi dengan rakyatnya.

Meskipun peluncuran blog Juwono tempo hari tidak begitu mendapat sambutan di media-media utama (media cetak dan elektronik), lain halnya dengan blogosfer–ranah blog Indonesia ataupun dunia.

Meskipun orang Indonesia sejatinya sudah punya blog sejak peranti lunak online diary itu dilahirkan, tetap saja munculnya blog Juwono seolah-olah menjadi “gong” resmi masuknya Indonesia ke blogosfer.

Kegembiraan dan antusiasme yang sama juga dirayakan ketika akhir pekan lalu Menteri Yusuf Asy’ari meluncurkan blog-nya. Para blogger langsung mewartakan kabar tersebut.

Presiden RI sendiri sebenarnya sudah memiliki kantor virtual di http://www.presidensby.info dan Wakil Presiden di http://www.setwapres.go.id, tapi kedua situs itu belum menggunakan peranti lunak blog.

Pasalnya, blog dianggap lebih unggul karena lebih praktis, interaktif, mudah dideteksi dan dilacak kembali, serta gampang dikelola. Di sinilah keunggulan blog dibanding situs web generasi “jadoel”.

Kehadiran blog bahkan telah mengubah arah dan jalannya bisnis teknologi informasi saat ini. Sukses Technorati, Digg, dan del.icio.us membuktikan bahwa blog telah memicu revolusi baru dalam abad digital ini.

Karena itu, ketika ada menteri Indonesia yang sudah memanfaatkan teknologi baru ini, tidak ada kata selain harus diacungi jempol.

Selamat bergabung di blogosfer, Pak Menteri!***

Budi Putra
Koran Tempo, 3 September 2006 | e-culture

12 Responses to “Ketika Para Menteri Ngeblog”

  1. IMW Says:

    He he apa sih peranti lunak blog ? Drupal, wordpress, Typo3, nucleus , nanoblog ? atau ditandai dg icon-icon ke technorati dsb ? Apakah karena itu disebut tidak lebih unggul ?

    Situs presidensby.info di back-end menggunakan CMS yg menyerap teknologi-teknologi yg biasanya diterapkan perangkat lunak blog yang umum (permanent-link, RSS, podcast, arsip, dsb). Terus terang sistem tag masih belum sreg karena lebih sreg dengan model semantic web ala ontology.

    Bedanya situs presidensby.info tidak menggunakan peranti lunak CMS yang umum (drupal, wordpress, dsb) tetapi dibuat sendiri sesuai kebutuhan utk pertimbangan kinerja. dan kemungkinan mirror.

    OO sudah pernah bertandang ke tempat wartawan presidensby.info ? Melihat bagiamana proses entri berita yang sama mudahnya dengan entri tulisan blog di wordpress, blogspot dan lainnya, walau tidak pakai “program blog”

    Pendefinisian “program blog” dg cara mengambil nama program yang umum bisa menimbulkan kesalah pahaman. Mirip dengan menggolongkan email hanya bila dihosting pakai sendmail, postfix, qmail, MS Exchange). Atau bukan jeans kalau bukan Levis ?

  2. thegadget Says:

    Saya sepakat dengan pendapat karena tidak menggunakan peranti lunak CMS yang umum (drupal, wordpress, dsb), maka belum bisa dikategorikan blog.

  3. Priyadi Says:

    kalau gitu didats.net bukan blog karena tidak menggunakan piranti CMS yang umum (dia bikin sendiri).

    kalo menurut saya, presidensby.info itu bukan blog. bukan karena gak pake wordpress dkk, tapi ditulis dalam bahasa pihak ketiga, bukan dari sudut pandang presiden sendiri secara pribadi.

  4. aalinazar Says:

    Ternyata mendefinisikan Blog itu sulit ya?
    Lebih mudah kalau di tambahi Go di depannya. 🙂

  5. adjie Says:

    hmm jadi bingung, blog itu kan catatan aja yang online yang bisa di akses dan dibaca on-line plus bisa di kasih comment etc, kalau nulisnya tidak menggunakan tools yang disebut di atas jadi bukan blog, jadi apa donk website biasa gitu, analoginya di labs saya tiap mesin ada log boooknya(asumsi saya log book ini spt blog), nulisnya make pulpen / stabilo / spidol tapi tetap di bilang log book.

  6. paman tyo Says:

    Saya setuju sama Priyadi. Kalau blog ya mestinya diisi sendiri, dengan pendekatan “saya” (orang pertama, ya SBY itu) sebagai pusat cerita. Ini untuk membedakan dengan halaman web berisi berita kepresidenan — sesuatu yang sudah ada di banyak negeri sebelum demam blog.

    Bagaimana dengan web para menteri? Ya sama hukumnya.

    Tapi mau blog atau bukan, pakai CMS lumrah atau bikin sendiri, yang penting bagi pembaca itu informasinya bernilai atau tidak.

  7. Luthfi Says:

    yang jelas saya bingung :mrgreen:

  8. IMW Says:

    BTW, ada 1 blog yg lumayan dikenal (sayang saya lupa) dia selalu menuliskan dengan gaya orang ke-3. Bukan gaya orang pertama, walaupun dia yang menuliskannya. Log tetaplah log menurus saya terlepas gaya orang ke-1, 2, 3 atau siapa yang menulisnya (apa dia sendiri atau bukan), silahkan baca log kaptain, tidak pernah ditulis (saya…., selalu ditulis kapten…)

    Gaya orang pertama/kedua/ketiga relatif sulit digunakan untuk mendefinisikan. Contohnya, banyak paper ilmiah didefinisikan bila ditulis menggunakan “impersonal” tapi di Computer Science banyak paper ilmiah ditulis dengan style “I conclude”, “I define” dsb. Apakah ini terus jadi blog ? dan bukan paper ilmiah.

    Apalagi faktor orang ke 1/2/3 dalam bahasa lainnya aturannya jadi berbeda ketika untuk menuliskan cerita.

    Sebetulnya ada 1 ciri dari blog yang membedakan dari format log lainnya, yang ini mungkin bisa digunakan untuk “mengkategorikan” http://www.presidensby.info bukanlah blog.

  9. gura Says:

    Sebenarnya sih kekacauan ini dimulai dari apa tujuan blog itu sendiri. Apakah tujuan blog itu untuk tempat curhat? Apa itu tempat memamparkan tulisan ilmiahnya? Apakah itu sekedar tempat pemaparan berita?

    Apakah mungkin pemaparan berita menggunakan kata ganti orang pertama? Apakah mungkin tempat curhat pakai kata ganti orang ketiga? (kalo iya itu namanya ngomongin orang)

    Blog sendiri akan tetap berupa weblog terlepas dari apapun informasinya. Maupun jenis informasinya. Jadi kalau menurut saya, terlepas dari apakah dia menggunakan teknologi CMS atau tidak maupun terlepas dari apakah dia menggunakan kata ganti orang, toh itu tetaplah sebuah informasi yang ter-log dalam jaringan.
    Sehingga hal-hal seperti itu tidak perlu dipermasalahkan atau dijadikan masalah.

    Yang perlu dijadikan permasalahan justru KEBENARAN isi beritanya sendiri.

    Salam

  10. IMW Says:

    Dari situs presidensby.info ada bagian yang menarik untuk dinikmati yaitu bagian komentar : http://www.presidensby.info/index.php/layanan/daftarpesan/

    Bagian ini yang membuat makin abu-abu dan menjadikan situs presiden menjadi bagian dari trend “isi berdasarkan sumbangan pengunjung”, suatu pola yang sedikit banyak membedakan weblog dengan situs biasa.

  11. Bhq Says:

    Kalau P SBY sibuk nulis dan respon komentar di blog (atau apapun namanya), kapan ngurusin rakyat-nya, ntar malah di protes DPR.

  12. ega Says:

    semua boleh ngeblog.
    nitip daftar blogku ya marjuki.blogspot.com
    kunjungi aja.


Leave a comment