Ada Komputer, Ada Hacker

6, August, 2005

ADA dua hantu yang kini paling ditakuti di dunia: teroris dan hacker. Yang pertama mengancam nyawa manusia dan berdampak secara politik, yang kedua mengancam komputer dan berdampak secara ekonomi dan bisnis.

Yang satu ditakuti oleh pemimpin negara, satunya lagi ditakuti oleh direktur perusahaan besar. Pendeknya, bagi kedua makhluk yang berkedudukan sebagai bos ini, hidup pasti akan lebih indah tanpa hantu-hantu itu.

Tapi yang namanya hantu tak pernah mau berlalu begitu saja. Dunia hantu ini juga sangat misterius. Banyak sekali mitos dialamatkan kepada mereka, tapi juga tak sedikit fakta yang membelalakkan mata.

Fakta terbaru kembali terjadi pekan lalu. Seorang pemrogram komputer asal Austria berhasil mengeksploitasi celah-celah dalam teknologi yang akan menjadi bagian dari sistem operasi Microsoft teranyar, Windows Vista.

Bukan hanya Microsoft, vendor jaringan terbesar, Cisco Systems, juga tak luput dari ancaman hacker. Para penyusup ini berhasil memanen data dan password dengan cara memanfaatkan celah pada peranti lunaknya.

Jelas bukan hal sederhana: penyusup berhasil mengusik Windows, yang menguasai 90 persen pasar sistem operasi di dunia, dan mencolek Cisco, yang menguasai pasar jaringan dan infrastruktur teknologi informasi dunia.

Mengapa para hacker ini sangat doyan menyusup dan mengusik? Mengapa mereka harus lahir ke dunia ini?

Ada banyak motivasi yang melatari hacker untuk beraksi: sekadar pamer kekuatan, menguji kemampuan, menjawab keingintahuan, atau karena ketagihan.

Bahkan ada juga hacker yang niatnya membantu. Mereka misalnya membobol kode-kode tertentu dan membaginya kepada siapa saja yang membutuhkan. Alasannya, bukan orang berduit saja yang berhak terhadap informasi.

Selain itu, ada hacker yang secara profesional memang dibayar untuk mencari kelemahan suatu produk teknologi. Bahkan ada yang berasal dari orang dalam perusahaan yang kemudian menjadi target. Artinya, ada motivasi ekonomi di dalamnya.

Namun, menurut seorang pakar komputer, meski dirasakan lebih banyak menimbulkan kerugian, keberadaan hacker tidak bisa dinafikan dalam sejarah perkembangan komputer. “Di mana ada komputer, di situ ada hacker,” ujar Randall.

Malah, katanya lagi, sejatinya mereka ikut membantu membesarkan dunia komputer. “Merekalah yang membuat para insinyur teknologi tak boleh lengah, tak boleh rakus, dan harus bersedia dikoreksi kelemahan-kelemahan yang terdapat di dalam produknya.”

Bravo hacker!

(Dimuat di Koran Tempo, Minggu, 07 Agustus 2005)

Leave a comment