Kartu Merah Mestinya buat Masterazzi
11, July, 2006
Seharusnya Materazzi yang dapat kartu merah, bukan Zidane. Nggak percaya? Lihat rekaman video berikut ini: 🙂
Adegan lainnya — kalo yang ini, jelas kartu merah buat Zidane 🙂
Fokus Cisco Systems di Bidang Pendidikan
19, May, 2006
Menyadari pentingnya pendidikan sebagai pondasi tumbuhnya masyarakat yang kuat dan positif, Cisco Systems memperkenalkan Cisco Connected Learning, cetak biru teknologi yang menyediakan pendidikan abad ke-21 dengan memanfaatkan jaringan Internet Protocol (IP) terkonvergensi untuk kegiatan belajar mengajar.
Informasi berikut ini merupakan beberapa contoh dari implementasi solusi Cisco yang sukses di bidang pendidikan.
Broward County School District di Amerika Serikat menyediakan program yang disebut Hospital Homebound Program di mana para siswa cukup menekan nomor telepon untuk mengikuti kelas beserta satu orang guru bersama siswa lainnya.
Broward juga menyediakan program lainnya yang serupa yang disebut Expulsion Abeyance yang menyediakan kelas virtual untuk para siswa yang terancam drop out dan lantas memberikan mereka kesempatan untuk kembali mengikuti pendidikan reguler jika lulus dalam program tersebut dalam waktu satu tahun.
Broward mengimplementasikan solusi Cisco Unified Meeting Place dalam menjalankan kedua program tersebut, memungkinkan aktivitas seperti web conferencing untuk pertemuan penting dan respon terkoordinasi dalam mengantisipasi bencana alam.
Florida LambdaRail, bagian dari jaringan penelitian tingkat regional National Lambda Rail (NLR) di Amerika Serikat, mengimplementasikan solusi jaringan optik dari Cisco Systems yang menyediakan platform hemat biaya untuk penelitian tingkat lanjut sekaligus fasilitas data optik terdedikasi di seluruh penjuru Florida, memungkinkannya untuk terhubung dengan para peneliti yang tersebar di 10 negara bagiannya.
Solusi tersebut membantu FLR menghadirkan platform yang tidak hanya berkinerja tinggi yang diperlukan untuk aplikasi akademik, tapi juga memiliki fleksibilitas untuk mendukung berbagai jenis lalu lintas data dalam jaringan. [G!]
U3 Smart Drive, Benar-benar Cerdas
22, February, 2006
Masa Depan Bersama Streaming
12, November, 2005
Seperti apakah dunia teknologi informasi di masa datang? Menurut bos Microsoft, Bill Gates, media penyimpanan seperti cakram padat (CD dan DVD) akan segera masuk museum. “High definition DVD akan menjadi format media fisik terakhir,” ujarnya.
Internet akan menjadi “hard disk raksasa” yang bisa digunakan semua orang untuk menyimpan dan menata dokumen dan data digitalnya. Untuk menikmati hiburan dan multimedia di komputer pribadi, orang tak perlu mengunduh apa pun, tapi cukup mengandalkan fasilitas streaming yang tak memakan space sejengkal pun.
Orang akan lebih suka melakukan streaming film, video, musik, dan peranti lunak melalui Internet langsung ke komputer pribadi, perangkat genggam, dan komputer tablet.
Streaming adalah teknik transfer data yang prosesnya berlangsung terus-menerus tanpa perlu mengunduhnya ke dalam hard disk. Dengan teknologi ini, browser atau plug-in yang terdapat di komputer pengguna bisa segera menayangkan video, misalnya sebelum semua file ditransmisikan secara komplet.
Untuk menggunakan streaming media, Anda membutuhkan sebuah server yang sedang “live” dan program pemutar di sisi pengguna untuk menayangkan atau menampilkannya. Ada dua metode utama dalam pengantaran video dengan teknologi ini: real time streaming (RTSP) dan HTTP streaming.
Teknologi ini menjadi sangat penting mengingat sebagian besar pengguna tidak memiliki akses yang memadai dalam mengunduh file multimedia yang besar dengan cepat.
Di masa mendatang, ketika Internet sudah menjadi sumber daya bersama yang bertenaga, setiap orang akan punya folder penyimpanan sendiri–yang secara fisik entah berada di mana. Jika butuh sebuah dokumen digital, seseorang tinggal masuk ke Internet, merangsek ke folder pribadi dan mencari dokumen yang diinginkan.
Komputer–seperti apa pun bentuknya di masa depan–benar-benar akan menjadi terminal yang tak lagi membutuhkan “jeroan” yang canggih dan komplet. Komputer dengan kapasitas hard disk yang besar, misalnya, mungkin tak lagi relevan di masa yang akan datang karena streaming telah menafikannya.
Komputer akan menjadi sekadar gerbang untuk menikmati, menayangkan, dan memainkan segala sesuatu yang bersemayam di Internet. Semuanya, tanpa terkecuali. (ec-kt. 61105)
Bernaung di Rumah Digital
28, August, 2005
“SELAMAT datang di rumah masa depan,” sambut robot yang bertugas sebagai protokoler begitu tamu memasuki rumah. “Apa pun kebutuhan Anda, segera komunikasikan dengan jaringan yang ada di rumah ini. Semoga kunjungan Anda menyenangkan.”
Desain interior rumah istimewa ini merupakan paduan karakter rumah tradisional Jepang yang diperkaya dengan aksen-aksen futuristik.
Di rumah itu terdapat sebuah kamar khusus berukuran 4 x 3 meter yang berfungsi sebagai ruang kontak. Di sini seorang anggota keluarga bisa berkomunikasi secara virtual dengan anggota keluarga yang sedang berada di luar di depan layar LCD (liquid crystal display), yang berfungsi menampilkan wajah lawan bicara.
Di seberang ruang keluarga, yang dilengkapi tempat duduk melingkar ala teater yang sedikit lebih tinggi dari lantai, terdapat sebuah meja keluarga multifungsi.
Yang menarik adalah permukaan meja metalik ini. Terbuat dari bahan kristal yang dilengkapi LCD, tampilan grafis di atas meja itu menunjukkan identitas dan posisi setiap anggota keluarga.
Dengan menggunakan remote control virtual, sang ibu bisa meminta kurir digital yang khusus ditugaskan jadi asistennya. Misalnya, si ibu bisa meminta sang kurir jadi penasihat liburan akhir pekannya.
“Sumimasen — maaf, Nyonya,” terdengar suara penasihat digital, “mau libur ke mana?” Si ibu menjawab Hawaii. Dalam orde detik, di layar muncul sejumlah pilihan jadwal penerbangan, akomodasi, dan jenis makanan yang diinginkan.
Si ibu segera menetapkan pilihannya dan seketika kurir digital langsung mereservasi tiket dan akomodasinya secara online. “Semuanya beres, Nyonya. Tapi masih ada satu masalah lagi. Paspor nyonya akan kedaluwarsa dua pekan lagi, jadi saya akan segera memperpanjangnya.”
Rumah masa depan atau disebut home information infrastructure (HII) itu terdapat di Living Plaza, Lantai 4, Panasonic Center, Tokyo, Jepang, yang saya kunjungi beberapa waktu lalu.
Pekan ini rumah digital kembali jadi pembicaraan. Dari arena Intel Developer Forum di San Francisco terbetik kabar bahwa Intel Corporation akan memperkenalkan teknologi Intel Viiv yang didesain untuk rumah digital.
Dukungan teknologi semacam ini tentu akan mendorong produksi dan rancang rumah digital secara luas.
Sepertinya rumah digital bukan lagi impian atau hanya sekadar prototipe buat dipamerkan. Siapa yang tertarik, sudah bisa membuat ancang-ancangnya dari sekarang. — Koran Tempo, 28/08/2005
Setiap Orang Punya Banknya Sendiri
26, August, 2005
SEBUAH kabar buruk bagi pemalsu uang: sebagian besar transaksi keuangan dan perdagangan di masa datang tidak lagi mengandalkan uang fisik.
Semuanya akan berlangsung serba digital dan bergerak. Bahkan orang akan jarang sekali membawa-bawa duit, menaruhnya dalam dompet atau saku.
Sebagian besar uang kontan akan lebih sering tersimpan rapi dalam brankas bank ketimbang malang-melintang berpindah tangan.
Yang terakhir ini lebih kerap membuat lembaran-lembaran uang jadi lecek dan bahkan berperan sebagai pengantar bakteri yang lumayan efektif.
Seringnya bertransaksi menggunakan kartu kredit atau kartu debit setidaknya akan menghindari konsumen dari kemungkinan mendapatkan uang palsu dari kembalian. Jangan lupa, menurut Bank Indonesia, saat ini telah beredar setidaknya 24 ribu lembar uang palsu (Koran Tempo, 17/2).
Penggunaan kartu juga akan membuat konsumen terhindar dari kemungkinan menerima kembalian yang sering dikonversi dalam bentuk permen. Kembalian dalam bentuk permen ini memang nilainya sangat kecil, tapi cukup menjengkelkan. Sejak kapan, sih permen bisa dijadikan alat tukar?
Selain itu, tentu saja, untuk menghindari besarnya risiko kena copet atau ditodong. Jika yang dicopet adalah kartu-kartu plastik keluaran bank, tentu dampaknya jauh lebih kecil karena kita bisa segera memberi tahu pihak bank agar segera memblokirnya.
Namun, tidak hanya kartu plastik yang bisa dijadikan sebagai alat pembayaran. Ponsel yang menampilkan barcode berisi informasi rekening bank seseorang, ternyata memiliki fungsi yang sama.
Perubahan karakter konsumen, beragam jenis kebutuhan dan tuntutan akan mobilitas dan digitalisasi, membuat institusi perbankan berlomba-lomba beradaptasi.
Bahkan, daripada kepalang tanggung, mereka juga menawarkan solusi perbankan masa depan dengan pendekatan yang lebih profesional dan personal.
Pendeknya, bank di masa depan bukan lagi bank yang setiap hari diwarnai antrean panjang nasabahnya. Bukan lagi bank yang karyawannya harus selalu siaga melayani pelanggan. Juga bukan lagi bank yang setiap Sabtu dan Minggu tidak beroperasi.
Bank di masa depan adalah bank yang bekerja 24 jam sehari, tujuh hari dalam seminggu. Yang melayani bukan lagi karyawan yang harus diatur shift siang dan malam. Tapi cukup dilayani dengan mesin, server, dan jaringan.
Yang justru masih tetap dinamis adalah satu-dua orang petugas yang nongkrong di sejumlah lokasi strategis dengan komputer di depannya plus perangkat-perangkat teknologi lainnya. Inilah yang disebut dengan mobile branch, kantor cabang yang bergerak.
Sebuah lokasi dinilai strategis untuk aktivitas mobile bank jika di tempat itu tersedia akses Internet nirkabel berpita lebar alias hot-spot. Bandara, mal, hotel, dan gedung perkantoran akan menjadi tempat favorit bagi aktivitas ini.
Jadi nasabah bank mana pun akan dengan mudah mengakses rekeningnya lewat gerai bank digital semacam itu. Urusan perbankan bisa tetap jalan tanpa harus datang secara fisik ke kantor bank, apalagi kantornya berada di negara yang jauh.
Jika selama ini para nasabah yang datang ke bank, ke depan, banklah yang akan mendekati nasabahnya. Artinya, kendali memang sepenuhnya di tangan nasabah.
Bukankah ini berarti setiap orang seolah punya bank sendiri yang setia setiap saat mengurusi rekening hingga memberi advis-advis investasi dan asuransi?
Di tengah gemuruh kemajuan dan kecanggihan teknologi, uang akan menjadi makhluk yang kesepian dan harus rela tidur panjang di brankas-brankas bank yang dingin dan gelap. –Koran Tempo, 20/02/2005
Simulasi Komputer untuk Efisiensi
19, March, 2004
Simulasi bisa menghindari biaya besar akibat kesalahan kebijakan
JAKARTA — Pabrik pembuat komponen pesawat di Sydney Australia itu bernama Boeing Hawker de Havilland. Perusahaan yang tahun lalu dibeli raksasa Boeing itu mengkhususkan pada pembuatan komponen pesawat terutama bagian kendali seperti flap di sayap, ekor pesawat, serta wing tip yang dipakai pesawat AirBus.
Masalahnya, sebagian besar komponen tersebut dibuat dari bahan komposit yang bahan mentahnya memiliki kedaluarsa–di antaranya hanya berumur 14 hari jika disimpan pada suhu ruangan. Untuk pembelian satu jenis material yang disebut prepreg, perusahaan ini mengeluarkan biaya sekitar A$ 16 juta per tahun (hampir Rp 100 milyar). Celakanya, dari jumlah itu, senilai A$ 4 juta (sekitar Rp 25 milyar) malah terbuang, karena material itu tak sempat digunakan sebelum umurnya habis.
Perusahaan ini kemudian bekerja sama dengan lembaga riset CRC-IMST yang di dalamnya tergabung peneliti dari University of New South Wales (UNSW) dan Royal Melbourne Institute of Technology, Melbourne, Australia. Dengan menggunakan simulasi komputer, kebijakan inventorinya dimodifikasi, dan kemudian diimplementasikan. Hasil penerapan kebijakan baru tersebut ternyata dapat menyumbang penghematan senilai US$ 250 ribu atau sekitar Rp 2,15 milyar per tahun.
Salah seorang peneliti dari tim tersebut adalah Doktor Henmaidi, kini menjadi dosen Fakultas Teknik Universitas Andalas Padang, Sumatera Barat. Ia terlibat karena bidang itu memang menjadi penelitian program doktornya.
Disertasi: Manajemen Inventori untuk Material yang Dapat Rusak di Industri Pesawat Terbang mengantarnya menjadi doktor teknik dan manajemen industri di UNSW pada akhir 2002. Versi ringkas dari penelitian itu pernah tiga kali dipresentasikan dalam konferensi internasional dan dimuat dalam proceeding edisi Australia dan Amerika.
Menurut Henmaidi, simulasi komputer merupakan metode luar biasa dalam mencari solusi suatu masalah. Ilmuwan astronomi, sangat mengandalkan simulasi komputer dalam mempelajari fenomena-fenomena antariksa. Ia menunjuk keberhasilan Sabine Stanley dan Jeremy Bloxham dari Universitas Harvard yang berhasil menyingkap misteri medan magnet yang unik di Planet Uranus dan Neptunus sebagai contoh sukses mutakhir metode ini (Koran Tempo, 17/3/2004).
Simulasi adalah metode dan aplikasi yang mecoba meniru prilaku suatu sistem yang riil. Simulasi merupakan alat analisis suatu sistem dengan cara memodelkannya, biasanya dengan menggunakan program komputer. Dalam prakteknya, pengertian simulasi ini bisa berlaku sangat umum, karena penerapannya bisda di berbagai bidang seperti sosial kemasyarakatan, industri, lingkungan, bahkan politik. Simulasi pelaksanaan pemilihan umum merupakan contoh yang saat ini sedang ramai dibicarakan.
Menurut pria kelahiran Payakumbuh, Sumatra Barat, 20 Mei 1970 ini, sistem yang akan disimulasikan dapat merupakan suatu fasilitas, atau proses aktual maupun yang sedang dalam perencanaan.
Masalah inventori
Dalam sebuah industri terdapat banyak aktivitas yang berkaitan langsung atau tidak langsung dengan pertambahan nilai (value adding). Aktifitas yang tidak langsung bersifat sebagai pendukung (support), misalnya administrasi, penyimpanan barang di gudang, manajemen SDM, perencanaan dan sebagainya. Sementara, dalam konsep value adding manajemen, aktifitas yang tak langsung menambah nilai dikategorikan sebagai sumber pemborosan, namun aktivitas ini tak boleh serta-merta dihilangkan, karena keberadaannya akan membantu kelancaran aktivitas yang menambah nilai. “Kondisi yang diinginkan adalah tercapainya kombinasi yang proporsional antara kedua jenis aktivitas itu,” ujarnya.
Menurut Henmaidi, secara teoritis proporsi terbaiknya berkisar 50:50. Artinya, jumlah aktivitas yang langsung menambah nilai sebanding dengan yang tak menambah nilai. Namun, kenyataan di lapangan banyak perusahaan dalam kondisi 10:90, hanya 10 persen aktivitas yang menambah nilai, sementara 90 persen lainnya adalah “lain-lain”, yang intinya pemborosan.
Salah satu contoh yang menarik adalah inventori (menyimpan barang-barang persediaan). “Banyak perusahaan yang tidak memperhatikan inventorinya,” ujar suami Rivi Yanti dan bapak dua anak ini. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai inventori itu dapat mencapai 30 hingga 60 persen dari total aset yang dimiliki perusahaan itu. Padahal untuk menjaga inventori itu, perusahaan harus mengeluarkan biaya yang mencapai 20 hingga 30 persen nilai inventorinya setiap tahun. Artinya jika perusahaan ini menahan inventori rata-rata Rp 100 milyar per tahun, maka perusahaan ini harus mengeluarkan biaya hingga Rp 30 milyar tiap tahunnya.
“Jadi perusahaan mengeluarkan biaya sangat besar untuk sesuatu yang tidak menambah nilai bagi perusahaan,” tukas Henmaidi.
Menurunkan nilai inventori, menurut dia, adalah salah satu cara untuk efisiensi perusahaan. Namun, penurunan inventori membabi buta beresiko buruk bagi perusahaan, seperti terhentinya produksi karena tak ada bahan baku. Mesin-mesin tak berjalan karena tak ada suku cadang. Atau banyaknya permintaan konsumen yang tak terpenuhi tepat waktu.
Dengan simulasi, semua sistem di industri itu ditiru dan dimodelkan menggunakan program aplikasi komputer. Berbagai alternatif kebijakan diujicoba. Masalah-masalah yang mungkin terjadi akibat pengambilan suatu kebijakan dapat dikaji sebelum diterapkan di lapangan. “Dengan simulasi biaya besar akibat kesalahan kebijakan dapat dihindari,” ujarnya.
Menurut dia, hal yang sama juga bisa dilakukan di Indonesia. Sekalipun belum ada data valid, ada keyakinan bahwa banyak perusahaan di Indonesia, terutama BUMN, yang belum efisien. Banyak peluang efisiensi yang dapat diusahakan untuk meningkatkan daya saingnya. “Penggunaan teknik-teknik analisis seperti simulasi dengan komputer ini mungkin sangat membantu perusahaan dalam menerapkan kebijakan-kebijakan baru,” ujar dosen yang juga konsultan manajemen inventori di PT Semen Padang ini.
Koran Tempo, 19/03/2004Â Iptek
Mari Bertanya pada Komputer
19, March, 2004
Teknik simulasi menjadi pilihan ketika cara analisa lain tidak mungkin atau sulit dilakukan. Berbagai kombinasi dan alternatif dapat dipelajari melalui simulasi sebelum penerapannya di lapangan. Hal ini akan mengurangi terjadinya kesalahan yang berakibat biaya sangat besar dalam penerapannya.
Menurut Henmaidi, doktor teknik dan manajemen industri dari Fakultas Teknik Universitas Andalas, Padang, penerapan sistem lalu lintas baru seperti halnya busway di Jakarta mungkin akan lebih baik jika didahului dengan mempelajari prilaku sistemnya melalui simulasi dengan menggunakan komputer.
“Situasi jalur, periode-periode sibuk, arah pergerakan penduduk, pusat perbelanjaan, perkantoran, sarana lampu lalu lintas, penempatan stasiun, jumlah sumber daya dan elemen-elemen lainnya lain dimodelkan untuk kemudian disimulasikan,” ujarnya.
Penerapan simulasi semakin mendapat tempat di lingkungan manajemen operasi. Pada 1979, dua orang periset, yakni Thomas dan Da Costa meneliti 137 perusaahaan besar di Amerika. Mereka memberikan daftar metode, tools, dan meminta analis perusahaan-perusahaan ini untuk mengecek apa saja yang mereka gunakan dalam manajemen operasi. Hasilnya 83 persen menyatakan mereka menggunakan metodel simulasi, posisi kedua setelah metode analisis statistik (93 persen).
Tahun berikutnya, ilmuwan lain Shannon, Long, dan Bukles melakukan survei terhadap anggota Operation Research Division pada American Institute on Industrial Engineer. Hasilnya, simulasi menempati peringkat pertama dalam hal penggunaan dan peminatan. Perkembangan berikutnya dapat diduga, pada hampir semua industri menengah-besar di Amerika penggunaan simulasi sudah merupakan pilihan utama untuk analisa bisnis mereka sejak tahun 1990-an.
Beberapa contoh aplikasi simulasi komputer:
Pelayanan dan antrian
Salah satu penggunaan yang menonjol dari teknik simulasi adalah untuk menganalisis antrian. Pada suatu sistem antrian yang kompleks, sangat tidak mungkin dikembangkan suatu formula analitis, sehingga simulasi merupakan satu-satunya cara untuk melakukan analisis. Contohnya, untuk supermarket dengan beberapa garis antrian kasir, beberapa di antaranya untuk jalur cepat sementara yang lainnya jalur biasa. Simulasi mungkin merupakan satu-satunya cara untuk menentukan berapa orang kasir diperlukan untuk melayani kebutuhan konsumen.
Manajemen persediaan barang
Manajemen pengadaan juga merupakan salah satu area aplikasi metode simulasi. Metode analitis untuk menyelesaian masalah persediaan (inventory) umumnya khusus untuk kasus-kasus sederhana, misalnya permintaan dianggap diketahui dan tetap. Diketahuinya jumlah permintaan merupakan elemen penting untuk menentukan berapa jumlah persediaan yang harus disediakan untuk memenuhi permintaan.
Dalam prakteknya hampir tidak mungkin untuk mengetahui dengan pasti tingkat permintaan itu, karena permintaan seringkali acak, sehingga simulasi merupakan pilihan terbaik untuk menyelesaikannya. Simulasi banyak digunakan untuk analisa sistem persediaan pada sistem JIT (sistem tepat waktu). Perusahaan menggunakan simulasi untuk melihat seberapa efektif dan bagaimana dampak ekonomis implementasi JIT tanpa harus terlebih dahulu menerapkan sistem JIT itu.
Sistem produksi dan manufaktur
Simulasi banyak digunakan untuk memecahkan masalah-masalah produksi seperti jadwal produksi, penyeimbangan jalur perakitan, perencanaan tata letak serta analisis penempatan atau lokasi. Banyak proses produksi yang dapat dipandang sebagai sistem antrian yang kompleks dapat dianalisis dengan menggunakan simulasi.
Investasi dan pembuatan anggaran
Pembuatan anggaran membutuhkan estimasi aliran kas yang seringkali merupakan hasil dari variabel acak. Simulasi digunakan untuk menghasilkan nilai dari faktor-faktor yang berpengaruh untuk menentukan aliran kas tersebut. Simulasi juga digunakan untuk menghitung tingkat pengembalian di mana inputnya adalah variabel acak seperti ukuran pasar, harga penjualan, tingkat pertumbuhan dan pangsa pasar.
Logistik
Persoalan logistik biasanya berkaitan dengan banyaknya variabel acak seperti jarak, model transportasi, kecepatan pengiriman dan penjadwalan. Simulasi dapat digunakan untuk menganalisa berbagai alternatif jalur distribusi untuk mendapatkan hasil optimal.
Analisis sumber daya dan lingkungan
Banyak aplikasi terbaru dari simulasi diarahkan untuk analisa terhadap masalah lingkungan. Simulasi dapat digunakan untuk melihat dampak sebuah proyek seperti kawasan industri, tempat pembuangan sampah, dan instalasi nuklir.
Dalam banyak kasus, simulasi digunakan untuk menganalisa kelayakan finansial proyek itu, ada juga untuk menganalisa limbah dan kondisi masyarakat sekitarnya dan sebagainya. Simulasi juga dapat digunakan untuk mensimulasikan kelayakan sistem sumber energi alternatif sebagai pengganti sumber energi fosil yang saat ini digunakan.
Koran Tempo, 19/03/2004Â Iptek
Kisah Helix dari Kafé Eagle
10, April, 2003
Cerita tentang penemuan struktur asam pembawa sifat genetis 50 tahun lalu. Ibarat pisau bermata dua, genetika maju pesat sekaligus mencemaskan.
“KITA sudah menemukan rahasia kehidupan.” Kalimat itulah yang menandai ditemukannya struktur DNA (deoxyribonucleic acid atau asam deoksiribonukleat), yang memungkinkan para ahli mengetahui bagaimana sifat makhluk hidup diturunkan. Penemuan untuk menguak misteri kehidupan itu bukan terjadi di sebuah laboratorium, melainkan di pojokan sebuah kafé di tengah Kota Cambridge, Inggris. Saat itu, di sebuah meja di pinggir jendela Kafé Eagle, Francis Crick sibuk membuat banyak coretan sketsa asam amino –pembentuk protein– bersama koleganya, James Watson, yang sama-sama bekerja di Universitas Cambridge, untuk meneliti susunan asam itu. Struktur DNA mereka dapatkan setelah berjam-jam membuat sketsa. Kalender ketika itu menunjuk tanggal 28 Februari 1953.
Penemuan duet ilmuwan keturunan Inggris itu sudah bertahun-tahun berlalu. Inilah gol dari rangkaian riset tentang penurunan sifat yang telah dipelajari ratusan tahun sebelumnya, dan hingga kini manusia telah memperoleh banyak manfaat dari hasil coretan di Kafé Eagle itu. Masalahnya, benarkah mereka yang menemukan struktur DNA. Soal itu masih jadi perdebatan di saat para peneliti merayakan 50 tahun penemuan tersebut akhir bulan lalu.
Sebenarnya, ketika duet Crick-Watson menemukan rahasia kehidupan itu, para ilmuwan hayati sudah memahami cara kerja hereditas, sel, enzim, protein, DNA–bagian-bagian terpenting dari ilmu genetika. George Mendel, misalnya, dengan percobaan penyilangan kacang polong berhasil menemukan prinsip pewarisan sifat (hereditas) di abad ke-18–suatu hal yang masih diajarkan di sekolah menengah hingga hari ini. Istilah sel dan gen juga sudah ditulis Mendel sebagai “sesuatu yang menentukan sifat”–tanpa bisa menjelaskannya lebih detail.
Di tahun 1944, Oswald Avery mulai mengenalkan istilah DNA sebagai pembawa sifat, dan bukan protein. Susunannya juga sudah terpetakan, yakni terdiri dari air, fosfat, gula, dan empat macam basis yang diberi nama adenin, timin, guanin, dan sitosin. Itulah inti penyusun gen itu. Sayangnya, ia berhenti sampai peristilahan saja karena tak berhasil menyelidiki mekanismenya. Sedangkan skema penyandian asam itu sudah pernah dikerjakan oleh George Gamow, fisikawan pencetus Teori Big Bang, mirip dengan skema yang dikembangkan dua ilmuwan di atas.
Yang belum terjawab adalah seperti apa struktur si pembawa sifat, untuk memahami cara kerjanya. Ilmuwan yang dianggap pertama kali menemukan struktur awalnya, menurut situs BBC, adalah Rosalind Elsie Franklin, doktor wanita yang saat itu juga sedang melakukan penelitian di Cambridge. Dengan mempelajari hasil pemotretan sinar-X terhadap DNA, Franklin menyimpulkan bentuknya kira-kira seperti helix–bentuk rantai anak tangga–dan berganda. Nyatanya, duet peneliti Watson-Crick dan seorang peneliti lain, Maurice Wilkins, yang diakui sebagai penemu struktur DNA dan karena itu berhak menerima hadiah Nobel di tahun 1962. Penyebabnya adalah mereka yang pertama kali mempublikasi dan mengklaim struktur double helix sebagai temuan mereka, seperti yang mereka kemukakan di majalah Nature Edisi 2 April 1953.
Perdebatan tentang siapa penemu pertama struktur DNA agaknya akan terus jadi misteri karena para penelitinya sendiri sudah lama tiada. Yang tidak lagi jadi misteri adalah pentingnya struktur DNA yang mirip ular tangga itu. Jawaban paling penting yang mereka dapatkan, dengan struktur demikian, ia bisa bereplikasi dan bersintesis. Di dalam struktur rantai anak tangga berganda, setiap basis yang terdiri dari empat untaian itu saling berpasangan. Maka, mereka bisa digandakan. Prinsip penggandaan ini sederhana saja, kedua untaian itu bisa saling menjauh dan segera membentuk struktur DNA baru. Adenin berpasangan dengan timin, dan guanin dengan sitosin. Begitu seterusnya. Ketika seorang bayi dikandung, otomatis ia mewarisi
sifat-sifat bapak dan ibunya, yang berasal dari gen di sel telur dan sperma.
Inilah penguakan rahasia hidup, seperti yang dibisikkan oleh Watson. Rahasia hidup makin terkuak dengan berbagai penemuan lainnya, seperti penemuan struktur asam ribonukleat (RNA) yang berfungsi sebagai pembawa pesan genetis dari DNA ke pabrik protein. Delapan tahun setelah tulisan di Nature, Marshall Nirenberg menemukan kode genetis. Yang terakhir, penemuan cara kerja ribosom dalam sel melengkapi pemahaman tentang protein. Bermula dari penemuan di Kafé Eagle itu, para ilmuwan kini bisa memahami bagaimana satu sifat genetis mendominasi yang lain, dan membuat sifat-sifat unggul tetap bertahan.
Apakah pemahaman ini sudah diketahui oleh duet penemu tersebut? Dalam bukunya yang terkenal, The Double Helix, dengan terus terang Watson mengakui bahwa ia tidak terlalu tahu banyak apa saja dampak dari penemuannya itu.
Jawaban justru datang dari berbagai pusat riset, terutama dari kalangan pengusaha. Penemuan itu rupanya bisa dipakai untuk menghasilkan uang jutaan dolar, mulai dari pemakaian DNA pada kedokteran forensik, deteksi mikroba penyebab berbagai penyakit, tes paternalitas untuk mengetahui asal-usul keturunan, sampai dua hal yang paling kontroversial, yakni menciptakan tanaman transgenik dan menggandakan (kloning) makhluk hidup, termasuk manusia.
Ini bukan mimpi. Sudah ada domba hasil kloning atau pelbagai tanaman transgenik. Memang belum sempurna, karena domba Dolly harus dimatikan lantaran berbagai penyakit kelainan gen. Protes terhadap percobaan ini merebak. Manusia telah mempermainkan kehidupan dan melampaui Tuhan, begitu kata para pemrotes. Tapi kloning manusia, kata beberapa ilmuwan, tak akan berhenti karena
satu kegagalan saja. Seperti yang diduga oleh Abdi Dharma, pakar bioteknologi dari Universitas Andalas, Padang, teknologi hayati hampir tak bisa dicegah, “Pengembangannya tinggal menunggu waktu,” katanya.
I G.G. Maha Adi, Budi Putra
TEMPO Edisi 030316-002/Hal. 109Â Â Â Â Rubrik Ilmu & Teknologi
Singa Seksi di Jagat Bioteknologi
10, April, 2003
Penemu domba kloning Dolly kini berkarya di pusat riset Singapura. Negeri jiran itu ingin menjadi pusat sains dunia.
DOLLY telah tiada. Tepat di hari kasih sayang, domba pertama yang diciptakan dengan teknik kloning itu disuntik mati. Penyakit paru-parunya yang tak tersembuhkan yang ia derita karena proses penuaan dini menyebabkan para ilmuwan di Roslin Institute di Edinburgh, Skotlandia, harus mengambil jalan yang menyedihkan ini.
Selama hampir tujuh tahun usianya, Dolly dengan mukanya yang lucu itu kerap menghiasi pelbagai penerbitan. Meski sudah mati pun, domba ini akan tetap dikenang. Kelahirannya dianggap sebagai puncak keberhasilan manusia dalam menyempurnakan teknik kloning dan kematiannya berpengaruh besar pada kemungkinan penggunaan cara ini untuk manusia–suatu hal yang kini seperti diperlombakan di antara ilmuwan.
Di pihak lain, tak banyak orang yang membicarakan koki si Dolly. Padahal dari tangan dingin tim ilmuwan Inggris itulah kloning sebuah sel hewan dewasa terbukti bisa menghasilkan bayi hewan.
Di mana Dr. Ian Wilmut, Dr. Keith Campbell, dan Dr. Alan Colman? Masihkah mereka meneruskan penelitian di Skotlandia? Hanya sedikit yang tahu bahwa Alan Colman kini sudah tak berkarya lagi di negaranya. Maret tahun lalu, ia hijrah ke negara tetangga kita, Singapura. Ia menerima tawaran memimpin sebuah lembaga riset bioteknologi, ES Cell International, di Negeri Singa itu.
Kepindahan direktur eksekutif pusat riset PPL Therapeutics (mitra kerja Roslin Institute saat melahirkan Dolly) itu sempat mengagetkan kalangan ilmuwan Eropa. Lelaki berusia 53 tahun yang rambutnya sering awut-awutan inilah yang bersama mitranya, Ron James, mendirikan lembaga bioteknologi itu pada 1987, yang kemudian sangat dikenal di dunia sains. “Kepergian Colman memunculkan pertanyaan besar menyangkut masa depan bioteknologi Inggris,” ujar Pat Hagan di The-scientist.com.
Masalah uang? Ya, tapi yang paling utama, pria bertubuh jangkung itu pergi justru karena ia setia pada ilmunya. Sudah lama Colman kecewa pada regulasi Inggris yang dianggapnya kaku dalam mendorong riset dan pengembangan sel induk embrio manusia. Amerika Serikat, negara yang mengagung-agungkan sains, sama saja: melarang pengembangan teknik tersebut. Selain itu, “Sangat butuh waktu di Inggris dan AS untuk mencari dana baru buat memulai riset bioteknologi,” ujar doktor lulusan Laboratory of Molecular Biology di Cambridge tahun 1974 ini.
Dengan pindahnya Colman, pada tahun-tahun mendatang tak usah heran bila kabar tentang kemajuan teknik kloning akan bersumber dari Singapura. Negara pulau ini rupanya tak puas hanya dijadikan pusat bisnis, tapi juga ingin menjadi pusat sains. Menempati salah satu titik di kawasan Science Park II, The Gemini, Science Park Road, Singapura, pusat riset ES Cell International (ESI) I memang mampu menarik perhatian dunia sains. Dengan skema kerja sama joint venture antara Economic Development Board Singapura dan investor swasta Australia serta dukungan teknis dari Monash University, perusahaan ini didirikan dengan investasi US$ 10 juta dua tahun lalu. Dari pusat riset yang memperkerjakan 40 orang ilmuwan itu–delapan di antaranya orang Singapura –diharapkan muncul teknik untuk meningkatkan efisiensi produksi sel induk.
Titik perhatian ESI difokuskan pada pengembangan sel induk embrio manusia. Lahan ini merupakan terobosan medis paling mutakhir dan menarik minat banyak peneliti untuk bergabung. Menurut Colman, sel induk embrio manusia pertama dibuat di Singapura pada 1994 dalam sebuah kegiatan riset yang tidak dipublikasikan. “Ini sebuah track record yang bagus buat Singapura,” ujarnya.
Mengapa Singapura memilih bioteknologi? Mengapa tidak memfokuskan diri pada industri hi-tech elektronik dan kimia, dua bidang yang sudah bisa dikembangkan Singapura? “Negara ini tahu persis bahwa puncak industri elektronik sudah berakhir dan pemerintahnya melihat bidang ini sebagai investasi paling prospektif,” tulis James Randerson di Newscientistjob.com.
Gagasan ini bermula dari rekomendasi Economic Development Board yang ingin Singapura menjadi pusat riset bioteknologi di dunia. Karena itu, kebijakan dalam pengembangan masalah itu relatif longgar. Badan Penasihat Bioetika Singapura, misalnya, telah mengizinkan–dengan syarat dan pengawasan yang amat ketat–kegiatan penelitian sel induk manusia dan kloning terapeutik, tapi tetap melarang kloning reproduksi manusia.
Proses pembuatan kloning terapeutik mirip dengan kloning reproduksi seperti kasus Dolly. Bedanya, pertumbuhan dihentikan pada tahap embrio karena yang akan dimanfaatkan adalah sel induk. Sel induk adalah sel yang memiliki kemampuan membelah dalam jangka waktu tak terbatas dan membentuk 220 jenis sel penyusun tubuh manusia. Sel induk ini bisa diumpamakan sebagai pabrik suku cadang sel–di antaranya sel ginjal, sel otot jantung, sel pankreas, sel saraf, sel kulit, dan sel darah–yang bisa dicangkokkan ke organ tubuh terkait untuk mengganti jaringan yang rusak. Teknik ini diharapkan dapat mengobati pelbagai penyakit degeneratif, seperti diabetes, parkinson, alzheimer, stroke, kanker, dan gangguan jantung.
Dengan memiliki sel induk sesuai dengan informasi genetis tubuhnya, diharapkan seseorang memiliki sumber suku cadang tak terbatas dari sel tubuhnya. Jika ada organ yang terganggu, tinggal ditransplantasi. Bidang inilah yang menjadi perhatian khusus dan obsesi Colman cukup lama. “Singapura memiliki garis kebijakan yang liberal dalam hal pengembangan sel induk manusia,” ujarnya.
Untuk menjadikan dirinya pusat hi-tech Asia–dengan bioteknologi menjadi salah satu pilarnya–Singapura tak ragu mengeluarkan dana US$ 8,2 miliar untuk jangka 15 tahun. Menurut Asia Today International, anggaran sebesar itu merupakan taruhan besar bagi Singapura dalam mewujudkan impiannya. Proyek itu meliputi pembangunan proyek Biopolis, Teknopolis, dan Mediapolis. Lahan seluas 200 hektare di kawasan Science Park telah disediakan “untuk pengembangan lingkungan futuristis,” ujar Ko Kheng Hwa, Managing Director EDB.
Sebagai pilar keempat setelah elektronika, kimia, dan rekayasa, bioteknologi sudah diguyur dana US$ 1,6 miliar. Biopolis, sebuah pusat riset tercanggih di bidang ini, sudah akan beroperasi pada tahun ini dan pembangunannya akan rampung pada 2006. Sejumlah lembaga, seperti Institute of Molecular and Cell Biology, Bioinformatics Institute, Bioprocessing Technology Centre, Institute of Bioengineering, dan Genome Institute of Singapore, juga sudah dibentuk. Industri farmasi terkemuka seperti GlaxoSmithKline dan Merck Sharp & Dohme telah menyatakan akan bergabung dan bekerja sama dengan pusat riset kanker yang disebut Singapore Tissue Network.
Ko Kheng sendiri mengharapkan Biopolis akan menjadi tempat berkarya bagi 2.000 orang ilmuwan. Mendapatkan sekian banyak ilmuwan dari negeri yang populasinya hanya 4 juta orang itu bukan hal yang mudah. Tapi, dengan uang, hal itu bisa diatasi. Beberapa ilmuwan dunia sudah bisa dibajak ke sana.
Bagaimanapun, mimpi berbiaya miliaran dolar ini mendatangkan kritik. Seorang analis di DBS Vickers Securities mengatakan bahwa gagasan yang terkesan sekadar untuk diversifikasi dari bidang elektronika yang dominan selama ini harus dicermati.
Masalahnya, “Bioteknologi adalah sebuah industri ventura berisiko tinggi dan akan membuat investasi jadi tidak menentu,” ujar Eddie Lee seperti dikutip Feer.com. Hambatan lainnya adalah masih belum matangnya industri modal ventura di kawasan tersebut. “Kelemahannya terutama pada uji tuntas yang tidak memadai. Dan ini akan berpotensi menjadi problem yang serius,” ujar Foo Fatt Kah, Direktur Ekuitas SG Securities.
Tapi modal sudah dikucurkan dan pembangunan proyek pun sudah dijalankan. Tekad pemerintah Singapura tak terbendung.
Budi Putra
TEMPO Edisi 020303-052/Hal. 60Â Â Â Â Â Rubrik Ilmu & Teknologi